Part 29

1.3K 148 3
                                    

"Ini yang lagi lihatin ibu sambil senyum"

***

     Pemandangan asri dengan pepohonan hijau yang menciptakan udara sejuk menjadi keindahan yang dipandang mata oleh Ali dan Prilly setelah menempuh perjalanan beberapa jam di atas udara.

     Pria itu dengan lega memboyong kekasih hatinya ke kampung halaman setelah mendapat izin dari kedua orang tua Prilly, meski pada awalnya Budiman sempat tidak memberi mereka izin.

     "Kalau capek tidur aja" sebelah tangannya ia lepas dari stir untuk mengelus pelan rambut kekasihnya yang terlihat sedikit berantakan, ikut tersenyum ketika gadis imut itu menampilkan senyum manis.

     "Aku bisa tidur nanti kalau udah sampai, sekarang mau nemenin kamu sama nikmatin pemandangan"

     "Nanti di depan sana ada air terjun, mau foto enggak buat nambah feed di IG kamu?"

     Prilly terkekeh mendengar pertanyaan Ali, ia lalu mengangguk. "Tapi setelah kamu fotoin aku, kita harus foto bareng biar aku upload ke sosmed"

     "Duh entar aku makin terkenal lagi karena foto bareng selebgram"

     "Ih apasih?" Dengan gemas Prilly mencubit pelan lengan kekasihnya yang selalu bisa membuatnya tertawa bahagia tanpa beban. Ya, ia akui bahwa Ali adalah salah satu mood booster-nya selain bundanya.

     "Tahu gini tadi gue bawa Maya biar gue enggak jadi nyamuk" celetuk seorang pria yang duduk di kursi penumpang bagian belakang. Dia menyesal tak mengajak sekalian gadis yang bernama Maya itu untuk menemaninya, sekarang jadilah Dimas harus mengigit jari melihat kemesraan pasangan itu.

*** 

     Setelah melakukan sebuah ketukan pada pintu yang tertutup rapat, Rudi akhirnya masuk pada ruang rekan bisnisnya yang akhir-akhir ini terlihat kurang fit. Dan benar saja, ia menemukan Budiman tengah duduk melamun namun ia tahu bahwa di kepala pria itu sedang memikirkan perkara yang tak mudah.

     "Melamunkan apa Budi?" Tanpa disuruh, Rudi dengan sendirinya menarik kursi dan duduk di hadapan Budiman yang sedikit kaget dengan kedatangannya. Lelaki itu sangat dalam melamun.

     Budiman menghela nafas berat. "Krisis, citra perusahaanku sedang buruk di mata masyarakat karena berita tentang salah satu putriku. Belum lagi, media mengaitkan berita itu dengan konflik keluargaku yang dulu, hah seperti selebriti saja" setiap hari datang ke kantor dan membaca koran harian, ia selalu menemukan berita yang menyinggung perihal masalah keluarganya. Dicap sebagai kepala keluarga yang tak mampu memimpin keluarga.

     "Jadikan ini tantangan untuk usahamu Bud, tetap berusaha agar citra perusahaanmu kembali membaik. Bukankah kamu bilang putrimu itu akan menikah setelah melahirkan nanti?" 

     Budiman terdiam sejenak. Lama mengenal Rudi dan sama-sama merintis bisnis membuatnya kadang tak segan membagi sedikit masalahnya, setidaknya dia punya seseorang yang bisa mendengarkannya layaknya teman. "Itu pun kalau terbukti bayi itu adalah anak Ivan, kalau tidak?" Ia mengedikan kedua bahu dengan tangan yang mengadah ke atas.

     "Berdoa saja yang terbaik, Bud" melihat Budiman yang mengangguk pelan, Rudi pun kembali melanjutkan kalimatnya. "Aku pun besok akan pulang kampung sebentar, aku harus menyelesaikan luka yang telah kutanam"

CINTA MEMILIH KITA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang