Part 8

1K 129 1
                                    

"Mulai sekarang non enggak akan sendiri lagi, saya akan selalu ada buat non"

***

     Pagi ini Prilly tengah bersiap-siap dan bergegas turun ketika penampilannya sudah rapih. Dicarinya keberadaan sang supir.

     "Eh Ali"

     Yang dipanggil pun berhenti. "Ya non, non mau pergi?"

     "Ya tapi ikut gue dulu ke belakang"

     Ali mengangguk kemudian mengikuti langkah gadis itu yang sepertinya tengah berbahagia.

     "Lo fotoin gue yah" ucap Prilly sembari menyerahkan handphone-nya pada Ali kemudian mulai berpose ketika pria itu mengarahkan lensa kamera itu padanya.

     "Mana coba gue lihat" ucapnya lalu beberapa detik kemudian senyum cantik terukir di bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


     "Mana coba gue lihat" ucapnya lalu beberapa detik kemudian senyum cantik terukir di bibirnya. "Ya ampun kalau tahu lo pinter jepret gini gue enggak usah susah-susah pake tripod kalau mau foto" lanjutnya namun tetap memperhatikan beberapa hasil jepretan Ali di handphone-nya.

     "Siapa yang biasanya bantuin non?"

     Prilly mendongkrak menatap Ali lalu menggeleng. "Enggak ada, biasanya gue sendiri yang siapin tripod-nya terus ah pokoknya semuanya serba sendiri deh"

     "Mulai sekarang non enggak akan sendiri lagi, saya akan selalu ada buat non"

     Dalam beberapa detik mereka saling berpandangan, ada perasaan aneh yang Prilly rasakan ketika mendengar ucapan Ali barusan. Sementara Ali sama sekali tak menyesali ucapannya, memang itu yang dia inginkan, selalu berada di samping gadis itu seperti apa yang pamannya lakukan.

     "Li, hari ini gue mau keluar sama Kevin tapi lo enggak usah antar, dia bakal jemput gue di sini. Lo nanti sore jemput gue aja di rumahnya, oke" ucap Prilly memecah aksi bertatapan mereka.

     Ali mengangguk. "Baik non"

***

     Setelah setengah hari mereka menghabiskan waktu bersama untuk menonton film dan memutari mall, kini Kevin mengajak kekasihnya untuk bertandang ke rumah keluarganya, tujuannya adalah Prilly menemani Nadira untuk mencoba resep baru.

     "Kevin itu enggak suka makan pedes Prill, makanya tante kalau masak itu enggak pernah pedes padahal tante suka banget" ucap Nadira sembari memotong beberapa wortel.

     "Oh ya? Aku juga suka makan pedes loh tante, tapi ya sering dimarahin bunda karena aku ada asam lambung"

     "Wah berarti kita bertiga sama dong, nanti kapan-kapan kita tour makan pedes tapi kamu enggak boleh makan terlalu banyak yang pedes-pedes" Nadira terlihat senang karena kembali menemukan orang yang satu selera dengannya.

     "Bertiga sama siapa tante?"

     "Jihan, dia juga suka pedes loh Prill"

     "Ah ya Jihan juga suka pedes, tapi tante tahu dari mana?" Wajah Prilly nampak bingung, pasalnya ia tak pernah mengajak Jihan ketika bertemu dengan Nadira kecuali pada malam acara itu, ah bicara soal malam acara itu Prilly jadi teringat sesuatu.

     "Waktu itu makan bareng di luar, kata Kevin Prilly lagi jalan sama bunda kamu jadi enggak bisa ikut"

     "Kevin ajak Jihan makan bareng sama tante?"

     Nadira tersenyum. "Enggak sayang, waktu itu enggak sengaja ketemu di mall"

     Prilly mengangguk, namun masih terbesit sesuatu yang menggangu pikirannya. Tidak bukan pada Nadira ia akan bertanya, tapi pada Ali.
.
.
.
     Dengan langkah lebar ia menghampiri mobil yang dikemudikan Ali tanpa memberikan pelukan maupun salam perpisahan seperti yang biasanya ia dan Kevin lakukan, rasa penasarannya terlalu besar kali ini.

     "Li gue mau nanya" diucapkan kalimat pembuka itu tanpa ragu ketika mobil yang mereka tumpangi mulai melaju.

     Ali menatap dari kaca. "Silahkan non"

     "Waktu pesta ulang tahun mamanya Kevin kan gue suruh lo jemput Jihan, dan gue lupa buat share location ke lo, lo tahu alamat rumah keluarga Kevin dari mana?" Inilah yang menggangu pikiran Prilly sedari tadi, sebenarnya pertanyaan ini sudah terbesit sejak malam acara itu namun dihiraukannya.

     "Dari mbak Jihan, dia yang memandu jalan"

     "Siapa yang kasih alamat rumah Kevin ke Jihan?"

     "Kalau itu saya enggak tahu non, tapi pas saya mau hubungin non buat tanya alamat, mbak Jihan bilang enggak usah karena dia tahu di mana rumah keluarga mas Kevin"

     Prilly terdiam mencerna setiap kata-kata yang diucapkan Ali barusan. "Dia tahu? Bukan ada alamatnya?" Tanya Prilly memastikan kembali.

     "Yang diucapkan mbak Jihan malam itu bahwa dia tahu, non"

     Ada apa ini? Apa ada sesuatu yang luput dari pengetahuannya? Tidak, dengan cepat ia menggeleng. Jihan adalah sahabatnya sejak lama, tidak mungkin Jihan melakukan itu, Jihan itu orang baik dan sudah bagaikan saudara.
     Mungkin dia hanya cemburu karena tadi Nadira membicarakan soal Jihan dimana mereka menghabiskan waktu di luar tanpa sengaja dan tanpa dirinya pula, ya hanya cemburu sesaat, buang jauh-jauh pikiran anehmu itu Prilly, pikirnya sendiri.

     Memikirkan semua itu membuat mood-nya berantakan, Prilly yang dasarnya adalah pribadi yang ekspresif membuat Ali menyadari akan suasana hati sang majikan.

     "Non foto di Instagram non dapat berapa like?"

     Prilly yang masih terbawa pusing akan pemikirannya pada Jihan menatap Ali dengan kesal. "Kenapa emangnya?"

     "Pengen tahu aja"

     "500.000 lebih"

     "Wah berarti saya sedang nyetirin seorang selebgram dong"

     Prilly terkekeh kecil. "Apaan sih Li? Cuma segitu doang"

      "Berarti non terkenal dong, ah kenapa paman enggak bilang yah kalau non ini selebgram?"

     Kembali terkekeh. "Lo kadang bawel juga yah? Ya pak Mamat mana ngerti soal selebgram, biasanya beliau cuma bilang gini 'Non cakep banget' dan itu pun karena sering dengar Jihan ngomong pake kata 'Cakep' "

     "Memang non cakep"

     "Eh" tawanya terhenti mendengar kalimat Ali.

     Sedangkan Ali tersenyum simpul, setidaknya wajah gadis itu kembali ceria dengan ocehannya.

To be Continued

Depok, 05 Mei 2020

    

CINTA MEMILIH KITA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang