Part 21

1.4K 148 15
                                    

"I love you"

*** 

     Keluar dari rumah Prilly langsung memasang wajah datar melihat Ali yang sedang berdiri di depan teras rumah lengkap dengan seragam kerjanya, pemuda itu menampilkan senyum manis bersama dengan salam pagi yang disampaikannya. 

     "Ngapain pagi-pagi lo ke sini?" Tanyanya dengan suara ketus, ia masih kesal mengingat kejadian pelukan antara Ali dan Alexa ditambah pemuda itu yang tak menjenguknya setelah ia pergi dari rumah papanya. 

     "Mau ketemu dan anterin non" jawab Ali disertai senyum manis andalannya.

     Melipat kedua tangannya di dada, sebelah alis Prilly terangkat "Gue udah enggak tinggal di rumah papa lagi, jadi lo udah enggak kerja buat anterin gue" 

     "Saya sudah mengatakan pada tuan bahwa pagi ini saya akan menemui non, dan tuan mengizinkan"

     "Enggak, gue enggak butuh. Gue bisa naik taxi, gue enggak mau nerima bentuk perhatian papa lagi yang pada ujungnya selalu nyakitin gue"

     "Enggak, ini bukan bentuk perhatian tuan Budiman," menatap gadis di depannya dengan intens, ia tersenyum kecil ketika Prilly masih saja memasang raut muka judes "tapi ini perhatian dari saya non" 

     Bertolak belakang dengan perkiraan Ali yang mengira bahwa Prilly akan tersipu, nyatanya gadis berhidung mancung itu malah melayangkan tatapan nyalang pada Ali "Jangan sok peduli sama gue, gue tahu lo cuma merasa iba sama gue makanya sekarang lo datang ke sini" Prilly maju selangkah dengan tatapannya yang belum lepas "Lo tahu kan kalau gue enggak butuh kasihan dalam hidup gue. Gue enggak selemah dan semenyedihkan yang lo pikirkan"

     Ali tersenyum manis dan menggeleng "Saya enggak mikir non lemah dan menyedihkan, saya juga ke sini bukan karena kasihan"

     "Yaudah! Berarti enggak ada alasan buat lo datang kemari" membuang muka Prilly mulai mengatur langkahnya pergi dari hadapan Ali, mengabaikan pemuda itu yang selalu menampilkan senyum manis padanya. Dia hanya tidak mau kembali kecewa, tidak mau kembali merasakan sakit hati kehilangan orang-orang yang ia sayangi. 

     Ali berbalik, menatap punggung Prilly yang telah jauh beberapa langkah darinya "Saya ada alasan," dia tersenyum ketika gadis itu berhenti sesuai dengan perkiraannya "Alasan saya adalah karena saya enggak bisa berhenti mikirin non, saya resah beberapa hari ini enggak bisa ketemu sama non"

     Memutar bola matanya malas kemudian Prilly berdecak kecil "Aduh to the point aja deh Li, enggak usah bertele-tele gitu gue enggak suka"

     "Saya suka sama non" 

     "Ya terus?" 

     Ali diam sesaat, jawaban Prilly terdengar cuek dan bodo amat, apa gadis itu sama sekali tak menganggap arti perasaannya? Ah Ali, memang kamu siapa?

     "Kalau cuma suka mah biasa. Itu relatif Li, setiap orang yang mempunyai hubungan baik pasti mereka saling suka. Gue baik ke bi Lia, Wulan, bi Narsih, Aji itu karena gue suka sama mereka, yang gue enggak suka tuh ya lo tahu sendiri siapa" ucapnya tetap dengan posisi membelakangi Ali "Jadi gue udah tahu lo suka sama gue, gue juga suka sama lo meski lo sempat bikin gue kesel"

     Mendengar penuturan panjang Prilly membuat Ali menggeleng kecil dan tertawa, ternyata selain judes gadis itu juga tidak mengerti maksudnya atau memang sengaja tidak mau mengerti. Menghilangkan tawanya, Ali melangkah maju menyamakan posisi mereka, ditatapnya Prilly yang balas menatapnya dengan sebelah alis terangkat "Kalau saya bilang cinta ke non, maka hal mutlak adalah non harus menjadi pacar saya" kini Ali yang mengangkat sebelah alisnya menanti jawaban dari gadis judes di depannya. 

CINTA MEMILIH KITA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang