Part 20

1.4K 154 9
                                    

"Oh ternyata dia anak orang tajir"

*** 
 

   Prilly memasang muka datarnya saat turun dari taxi yang ditumpangi, tetap mempertahankan ekspresi itu ia mulai memasuki gedung kampus melewati puluhan orang yang berstatus sama dengannya di tempat ini yang tengah sibuk dengan kewajiban masing-masing, mengerjakan tugas. 

     "Prill" 

     Memelankan langkahnya ia berbalik, memutar pandangan sebentar dan mendapati Jihan berlari kecil ke arahnya "Kenapa?" Ingat bahwa wajahnya yang datar tetap ia tampilkan. 

     Jihan menarik Prilly untuk sedikit menjauh dari keramaian, ditatapnya sahabatnya dengan sayu "I heard about you, so sorry for it"

     "Gue baik-baik aja"

     "Terus sekarang lo udah tinggal bareng bunda?"

     "Ya"

     Jihan tersenyum lega, meski Prilly benar-benar berubah padanya namun tak bisa dipungkiri bahwa rasa khawatir dan kepeduliannya pada gadis itu tetap utuh. Dan bahkan senyum simpul ia tampilkan kala Prilly beranjak pergi setelah menanyakan apakah masih ada hal yang perlu dibicarakan lagi atau tidak "Lo tetap sahabat gue" ucapnya menatap punggung Prilly yang mulai menghilang karena masuk ke dalam lift

*** 

     "Gimana, mau enggak?" Alexa menatap pria di hadapannya menanti jawaban atas tawarannya beberapa menit yang lalu, sebenarnya ia tak perlu melakukan ini karena dengan sangat mudah ia bisa mendapatkan apa yang ia mau hanya dengan mengutarakan itu pada papanya. 

     Pemuda ini menggeleng mantap dengan jawabannya.

     "Kenapa? Daripada lo sumpek entar nungguin papa di kantor, mending ikut gue" 

     "Maaf non, tapi sebaiknya tetap seperti ini saja" melihat lawan bicaranya diam, dia kembali berucap "Kalau tidak ada lagi yang mau non sampaikan, saya permisi ke belakang non" mengatur langkah mundur dengan pasti ia beranjak ke arah belakang rumah, ingin menikmati angin malam di sana "Eh Ji, belum tidur?" 

     Aji tersenyum kecil kemudian menggeleng "Belum ngantuk, kamu sendiri?" 

     "Sama" Ali menghela nafas setelah mengambil duduk di sebelah Aji "Saya ditawari buat tukar tugas sama kamu Ji" 

     "Terima?"

     Ali menggeleng, tentu ia tidak akan menerima tawaran yang sudah ia ketahui hanya akan dijadikan senjata oleh Alexa untuk tambah memprovokasi Prilly.

     "Kenapa?"

     "Non Prilly akan semakin marah kalau sampai saya terima, dan itu yang diinginkan non Alexa" 

     Aji tersenyum kecil, menepuk pundak sebelah Ali "Untung kamu sadar, kalau enggak bisa makin parah keadaannya" 

.

.

.

     Ali duduk diam di gazebo belakang rumah, memikirkan mengenai keputusan selanjutnya yang harus ia ambil, tak mungkin ia terus menerus melanjutkan sesuatu yang bertentangan dengan keinginannya, tak mungkin ia mengabaikan sesuatu yang menggangu hati dan pikirannya. 

     Mendengar panggilan dari Wulan yang mengatakan kalau majikannya sudah siap untuk berangkat kerja membuatnya bangkit dari duduk, berjalan keluar dari rumah dan mengendarai mobil menuju kantor majikannya dengan kurang semangat. Dilemma begitu mengganggunya hingga tiba di area kantor pun ia hanya diam. Setelah 10 menit hanya duduk di dalam mobil akhirnya Ali memutuskan untuk turun, berjalan sedikit ke arah pohon mangga di dekat area parkir lantas duduk di sana.

CINTA MEMILIH KITA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang