Part 10

1.1K 131 1
                                    

"Nasia sendiri udah janji akan selalu ada buat Ali?"

***

     Ali memperhatikan Prilly yang nampaknya tidak memiliki nafsu makan, dari tadi makanannya hanya diaduk-aduk tanpa minat.

     "Non, non sakit?"

     Semua mata tertuju pada Prilly.

     Sedangkan gadis itu menggeleng dan memasang muka datar. "Gue enggak nafsu"

     "Kamu mau makan apa baby? Biar aku belikan" Kevin menggenggam lembut tangan kekasihnya namun dengan sedikit kasar gadis itu menepis tangannya.

     "Ian" tak menjawab pertanyaan Kevin, Prilly beralih memanggil Jihan.

     Jihan yang sedang mengunyah makanannya berhenti sejenak lalu menggerakkan kepala sedikit seperti bertanya 'Ada apa?'

     Prilly menarik nafas berat sejenak sebelum kembali bersuara. "Karena lo sahabat baik gue, sekarang gue mau nanya baik-baik sama kalian"

     Dahinya mengerut, bertanya baik-baik? Bukankah tadi siang sudah ia katakan bahwa mungkin Ali masih ingin melakukan masa pendekatan dengannya? Lalu apakah sekarang Prilly akan menginterogasi Ali untuk mendengarkan penjelasan langsung dari mulut pria itu? "Apaan?"

     "Lo Ian, dan kamu Kevin, kalian punya hubungan apa?"

     Tiga orang lainnya sama-sama tersedak kecil. Ali tahu bahwa majikannya itu adalah orang yang blak-blakan, itu berarti ia sudah mengetahui sesuatu tentang Jihan dan Kevin.

     Sedangkan Jihan dan Kevin membisu dengan pikiran yang sama, apakah Prilly sudah tahu?

     "Jawab kalian!" Suaranya terdengar datar dengan ekspresi yang sama.

     Ali yang merasa situasi ini yang bukanlah ranahnya mulai pamit "Ma'af saya permisi ke belakang dulu" ia memilih duduk di teras luar dengan ditemani oleh kopi hangat yang memang sudah ia buat di tengah-tengah acara makan.

     Jihan masih bergeming, kemudian menarik nafasnya. "Maksud lo Prill? Ya kita temenan"

     Sebelah alis Prilly terangkat. "Oh ya? Temen tapi manggilnya sweetie, temen tapi bilangnya sending you love from this room to your room beside? Itu temen? Temen apa selingkuh?" Suara Prilly meninggi, mukanya pun mulai memerah.

     "Enggak Prill_"

     "Kalau lo emang suka sama Kevin, bilang! Enggak usah ngaku suka sama orang lain tapi kalian main di belakang gue" perlahan tetesan awal dari air-matanya turun membasahi pipi chubby-nya. Lalu ia bangkit dengan mendorong kursi secara kasar hingga menimbulkan bunyi decitan yang nyaring. "Ali, Ali"

     Mendengar namanya dipanggil Ali segera berlari kecil kembali masuk ke dalam villa. "Ya non"

     "Ambil barang-barang lo, kita pulang sekarang"

     "Prill tunggu" Jihan meraih tangan Prilly namun dengan kasar ditepis gadis itu sehingga membuatnya terhuyung ke belakang.

CINTA MEMILIH KITA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang