The Bad Night

54.2K 6.6K 559
                                    

Banyak yang berpikir, dari cara Izar memperlakukan aku, kalau kami pernah ada apa-apa. Dan jawabannya (sayangnya...) adalah: ENGGAK SAMA SEKALI.

Seperti sudah kusebutkan sebelumnya, aku dan Izar itu berjodohnya sering banget. Kami besar bareng-bareng di Bandung, dengan rumahnya terletak persis di sebelah rumahku, bahkan berbagi halaman dan pohon-pohon buah. Ia tinggal bersama dua kakak kembar yang baik tapi jahilnya bikin prank jaman now gak berarti: Ilham dan Idham. Aku adalah objek kenakalan keduanya, sementara Izar sejak dulu mengambil peran sebagai ksatria penyelamatku.

 Aku adalah objek kenakalan keduanya, sementara Izar sejak dulu mengambil peran sebagai ksatria penyelamatku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami sekolah di SD yang sama. Aku beda dua tahun dengan Izar, dan tiga tahun dari Ilham dan Idham. Kami lalu berpisah saat mereka lulus duluan dan masuk SMP. Saat itu, Izhar dapat program pertukaran pelajar antar-negara. Dua kali berturut-turut, dan tau-tau dia masuk ke sekolahku saat kembali ke Indonesia. Kami bahkan sempat sekelas dan akrab banget.

Setelahnya, kami masuk SMA yang sama. Kali ini, kami gak lagi sedekat dulu. Izar yang memang pintar dan terkenal alim, makin serius belajar dan menetapkan cita-cita, aktif di kegiatan rohis dan olahraga. Meski gak gaul amat, semua anak populer dekat dengannya. Sementara akuuuu...
Aku naksir berat sama dia!

Iya, buatku yang telat puber ini, dialah cinta pertamaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iya, buatku yang telat puber ini, dialah cinta pertamaku. Dan rasanya, gak banget ya, sodara-sodara, mengingat dia sejak dahulu kala selalu memperlakukan aku manis dan tulus banget.
Aku selalu ge-er, lalu pas ngeh kalau dia tuh mungkin sayang sama aku kaya adiknya, langsung ngerasa sedikit mual. Incest, bo. Aku tentu gak berani mengungkapkan apapun, memilih untuk menjauh sejauh-jauhnya kalau ada dia. Aku menemukan komunitas seni yang solid di SMA, cukup banget mengalihkan perhatian dari Izar. Lalu tentu saja, aku kemudian punya beberapa pacar, gebetan dan kecengan lain. Prestasiku yang dikenang saat berseragam putih abu adalah menaklukan banyak bad boys.

Pengalaman cinta monyet yang obviously bertepuk sebelah tangan ini, ternyata gak berakhir begitu saja. Lulus SMA, kami masuk kampus yang sama, dong! Izar yang anak IPA unggulan sukses masuk jurusan arsitektur, sementara aku diterima di keluarga mahasiswa seni rupa. Di kampus, kami sudah jarang ketemu gak sengaja. Cukup sering aku coba untuk bersikap normal menghadapi perlakuan Izar yang hangat, tapi gak bisa. Akhirnya gak maksain, kalau dari jauh sudah lihat bentuk-bentuknya, aku mabur aja deh.

ElopementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang