It's Jungle Out There Pt. 2

35.7K 5K 173
                                    

Semalam kami gak sukses nemuin tempat candle light dinner, jadi akhirnya duduk di salah satu angkringan pinggir jalan. Duduk setengah berangkulan gara-gara dingin banget, makan ketan dan angsle sambil ketawa-ketawa. It has candles though, so...mission accomplished somehow, I guess.

Setelahnya kami ke Pohon Inn yang bentuknya...lebih mirip batuan berjendela. Tapi dalamnya bagus kok. We spent an hour on the bed, another hour in the bath tub, and finally go to sleep at 23. It's perfect. Tidur dengan suara banyak binatang dari kejauhan, dalam pelukannya Izar yang rapat membungkusku. Dia punya teori baru, mungkin aku gak bakalan berkelakuan kayak pegulat marah kalau dipeluk erat-erat semalaman. Mungkin lho, ya. Aku sih mana sadar.

Dan pagi ini, kami duduk sarapan di restoran dengan pemandangan singa dan leopard lagi makan juga!

Dan pagi ini, kami duduk sarapan di restoran dengan pemandangan singa dan leopard lagi makan juga!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mia, makan dulu." Izar menyenggolku. Dia tuh selalu pilih duduk di sebelahku. Mepet pula.
"Hmmm..." aku masih mengamati salah satu singa yang dari tadi sibuk mondar-mandir.

"Mia, sarapan. Nanti kita keliling kebun binatang bisa dari pagi sampai sore, lho."

Okay, fine. Aku menyuap makanan sambil masih memandangi kucing-kucing raksasa. Membayangkan kalau mereka bisa ngobrol, bisa berkomunikasi...

"Mia, kamu mikirin apa sih? Kok muka kamu aneh..." Izar menjentikkan jari di depan wajahku. Gini nih. Dicuekin dikit langsung caper.

"Izar, ah. Aku kapan lagi liat singa sambil sarapan. Lagian masuk jam berapa sih? Kan santai..."

"Rencananya maksimal kita mulai jalan jam 10an pas gerbangnya dibuka, Sayang. Soalnya nanti keburu panas, dan ini tuh zoo-nya panjang track-nya."

Eh. Apa barusan? Mendadak aku terdistraksi.
"Izar, kamu panggil aku 'Sayang' lho, barusan." aku menepuk tangannya, rada histerikal.

"Ya kan aku sayang sama kamu." ia menjawab santai sambil mengangkat bahu.

Aaw. Gemes banget sih!
"Aku juga." aku melanjutkan, "Aku juga sayang kamu, Izar."

Ia memandangku beberapa detik sebelum menjawab dengan senyum super jahil, "Aku tahu."
Eh? Kok tanggapannya ngeselinnnnn!

"Kok bisa tahu?"

"Dikasihtau Indung kemarin pas aku telpon." Izar mengedipkan sebelah mata, "Dia bilang: 'Sabar-sabar ya, Mia walaupun judes tapi dia sayang sama kamu, Zar.' gituuu."

Whaattttt??? Indung! Ibuku sendiri! Dia berani-beraninya ngebocorin kalau aku...
Ermmm, come to think of it, it's not a secret anymore.
I should love my husband, right?

Seperti membaca pikiran, Izar menarikku mendekat, mencium pipiku dan ketawa.
"Gak pernah dipanggil 'Sayang' sebelumnya ya?" godanya.

Gak! Gak pernah. Kebanyakan keburu bubar jalan sebelum betul-betul ada perasaan selain infatuation.

ElopementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang