Eyes-Reading and Groceries Kind of Date

40K 5.9K 473
                                    

"Assalamualaikum, Mia."
Suara berat yang menyapa setiap hari, sudah seperti jadi semacam alarm mengingatkan waktunya pulang. Jam 15.30.

"Waalaikumsalaam, Izar."
Pas banget. Aku melambaikan tangan, berterimakasih pada sopirnya Nourisall karena sudah mengantar, dan berjalan menuju pintu utama.

"Dimana? Sudah di kantor? Mau dijemput jam berapa? Kita hari ini makan di luar, yuk. PIM atau Kemang?"

"Banyak banget pertanyaannya, Pak. Gak usah dijemput..." aku mendorong pintu, disambut oleh senyum resepsionis yang manis.

"Oh? Kamu pulang malam lagi?" nada suaranya langsung berubah.

"Bukan. Soalnya aku di kantor kamu." jawabku.
"Hah? Serius? Di mana?"
"Di depan."
"Tunggu. Aku ke sana."

Gak sampai semenit, dan Izar muncul dari bagian dalam gedung. Rambutnya berantakan, lengan kemejanya tergulung, sebelah tangan pegang Rapido, dengan senyum lebar dan mata berbinar-binar.
Holyshit, he's gorgeous. Even in a mess.

"Mia!" ia setengah berseru, menghampiri dan memelukku super gembira. Bikin kaget aku dan si resepsionis.

"Hesti. Ini Mia." ia merangkulku, dan memberi pengumuman pada perempuan muda di balik meja.

"Ternyata Mas Faiz gak halusinasi ya punya istri..." Hesti berkomentar akrab.
"Kamu tuh kebanyakan dengerin Putra!" Izar berseloroh sebelum menarikku masuk ke dalam kantornya.

Well

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Well. It's basically a small modern building. Selain bagian depan kantor, ada ruangan-ruangan yang jadi studio dan area tengah yang luas untuk common space dengan meja besar, ditambah beberapa meja di sudut-sudut ruangan. Sambil berkeliling dan memperkenalkanku pada semua orang, Izar cerita singkat tentang kantornya yang dia bangun bersama tiga temannya: Putra, Tyo dan Orlando. Sama Putra ketemu di ITB, sama Tyo ketemu di Columbia, dan Lando...

"Mantan klien. Bandar judi, tapi sekarang udah tobat. Ketemu pas disuruh bikin kasino." Izar memberi intro untuk lelaki kurus kecil bermata sipit. Orlando Cheng.

"Mia, Mia, Mia. Gue pikir lo itu istri imajiner. Ternyata beneran..." ia menyalamiku sambil berdecak dan menggeleng-gelengkan kepala.

"Terus kalian jadi bikin kasino?" aku penasaran.

"Mana ada. Yang ada gue di-rukhiyah! Dia bikinin gue yang lebih nguntungin dan lebih halal. Pusat selfie paling nge-hits di Jawa Timur! Hahahaha..." Lando menjawab, lalu menyebut satu atraksi wisata instagramable di Malang.

"Sejak itu dia gabung, bagian keuangan, nyari klien. Marketing, PR, semua deh. Cocok. Kerjaannya ternyata bagus kalau jujur." tambah Izar, disambung tawa Lando.

Tur berlanjut. Putra lagi sibuk nelpon, dan Tyo lagi keluar. Jadi kenalan sama kelompok drafter dan para mahasiswi magang yang...keliatan sedikit kecewa saat kami bersalaman. Maaf ya, adek-adek. I feel you. Haha!

ElopementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang