At Ease

39.4K 6K 237
                                    

It's been more than a week since I wear the ring. Masih berasa gak normal, berat, ganggu, aneh... Meski bentuknya cuma cincin emas polos tanpa apa-apaan.

Untungnya, di kantor macam Coven, gak ada yang ngeh. Well, semua orang emang terbiasa pakai aksesoris aneh-aneh sih. Seperti timku hari ini: Nino mendadak super hypebeast, Pris lagi channeling inner gothic, Syala is in her pastel mood, Mitta berpakaian kayak bossy dominatrix, dan Ren... Well, dia lagi umbar aurat dengan atasan linen berpotongan rendah menampakkan tubuh berotot, kalung bertumpuk, celana hitam dan boots... Oke. Aku mesti berhenti memandangi Ren. Dia balik liatin aku soalnya. Mati aku.

Hari ini Jumat dan aku pengen semua printilan Sigma beres dulu sebelum pulang ke Bandung...in 30 minutes. I'm obsessive that way.

"Babe, everything's okay. Udah sana balik, temuin kakek lo... Kita kirim semuanya kalau udah beres ke email lo, okay?" Nino menenangkan. Tapi susah nganggep dia serius kala terlihat seperti homeless gini.

"Ren, panggungnya gimana, udah jadi belum?" aku gak menggubris Nino, pindah ke belakang Ren.

"Udah nunggu rendering aja, R. Chill..." ia menarikku duduk di sampingnya, "Why so serious?" tanyanya, jelas-jelas flirting. Tapi aku udah mulai bisa menangkis jurus sok manisnya, as in literally nangkis. Aku tamplokin tanganku ke mukanya yang penuh rambut. Dia ngakak sementara aku kabur.

"Pris, gimana yang Om mau kemarin?" aku beralih pada Prisha. Sesuai permintaan Om pemilik Nourisall di meeting resmi pertama kami, dia minta buatin konsep desain produk sederhana yang lebih pas untuk Sigma sesuai arahanku.
Usulanku di-approve. Tapi artinya, kerjaannya nambah deh.
"Dikit lagi, Rum. Gue sambil beresin yang lain juga..."

Okay, now I'm a bit nervous. Aku merasa Pris terlalu santai. Assignment udah dari Selasa, ini sudah Jumat dan belum beres juga. Preview pun belum. Aku gak sabar, pengen banget komentar, untungnya, Syala datang. Dia paham, lalu merangkulku sambil ngusap-ngusap bahu.
"Lo balik Bandung. We'll be okay. I'll motivate her."
Pris lebih sering jadi timnya Syala dibanding aku, memang. Ya okelah.

Handphone-ku bergetar di dalam saku celana.
Izar sudah jempuuut, yeay!

***

Aku gak pernah pulang cepat. Kemaleman, sering. Tapi gak pernah pulang siang, makanya Bu Boss langsung kasih pas aku minta izin pulang jam 14 siang ini, apalagi pas tau mau ke Bandung jengukin Akung.
Plussss... Gara-gara deal sama Nourisall kemarin, gak pake ditawar-tawar, jadinya aku dadakan jadi kesayangan Bu Boss.

Buat kami, ada beberapa jenis klien: klien halu yang duit dikit maunya banyak, klien sombong yang uangnya sebanyak pengennya, klien jahat yang pas-pasan tapi sadisnya pol-pol'an, klien setia yang budget normal tapi loyal, dan klien baik di mana budgetnya besar tapi kerjaannya gak susah amat.

Nourisall adalah klien langka yang merupakan persilangan mustahil antara klien setia dan baik. Tapi! Itu di bawah Mas Danang.
Si Om yang kemarin itu adalah Surya Hartawan, dan beliau punya banyak banget perusahaan, bahkan masuk top 10 pengusaha kaya yang bidangnya sawit dan tambang. Nourisall ini cuma bagian icik-iciknya aja. Project Sigma, langsung di-handle sama Om. Kalau sampai Nourisall berubah wujud jadi sombong dan jahat, it's all on me. Kan tekanan batin sebagai ketua tim. Gils.

Anyway.
Aku janji sama diri sendiri untuk gak mikirin kerjaan kalau lagi weekend. Izar is being a very good guy as always, yang gak protes kalau aku buka laptop tengah malam di kasur, nelpon timku meski lagi di mobil jalan pulang, berkali-kali batal jalan, bahkan minggu lalu gak jadi pulang Bandung. Sikap pengertian dan perhatiannya Izar sepuluh hari belakangan perlahan-lahan bikin aku ingat kenapa dulu naksir dia. Karena dia emang sebaik itu!

ElopementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang