Storm Is Stirring

35.2K 4.8K 140
                                    

Cutiku habis tepat di masa-masa hectic menjelang launching Sigma. Dalam sekejap, hidup wolesku berubah padat. Buatku, rasanya refreshed banget, tapi ternyata enggak buat Izar.

"Aku jemput habis maghrib?" tanyanya, setiap kali aku turun di lobi kantor pagi-pagi.
"Nanti dikabarin. Kamu pulang duluan aja. Aku bisa pakai Gocar." jawabku setiap hari.

"Mia, hampir seminggu penuh, aku jemput kamu jam 23 malam."
Hari ini, Izar pengen ribut banget deh.

"Izar, Sabtu tuh lusa. Lagi persiapan terakhir banget ini..." jawabku, "Pengertian dong, aku lagi gini tuh butuhnya di-support, bukan dibikin guilty."
Aku juga, udah sebel beberapa malam dijudesin, ditinggal tidur melulu. Izar biasanya jemput aku dari rumah, sementara aku mandi dan beres-beres, dia langsung bablas.

"Mia, aku pengertian banget kali, sama aku. Aku antar kamu pagi banget, jemput kamu malam banget... Ini tuh parah, orang normal kerja 8 jam doang."

"Kalau gak ikhlas, gak usah. Aku bisa pulang sendiri. Dari dulu juga bisa."
Itungan banget sih! Aku juga gak pernah minta dia antar-jemput, kok.

"Poinnya bukan itu. Kamu kerja segininya, emang gaji kamu berapa sih?"

WTF?
"It's not about the money." jawabku garang.

"Then what? I barely talk to you this week. Pagi kamu bad mood karena kurang tidur. Malam kamu bad mood gara-gara kecapekan. Aku tuh juga butuh kamu jadi istriku, bukan cuma Coven yang butuh kamu, Mia."

"Kamu tahu ini penting, aku sama timku ngerjain ini serius dan berbulan-bulan. Kamu bukan cuma tahu, tapi terlibat, Zar. Sabtu besok kamu tuh jadi salah satu guest-speakernya Sigma. Harusnya kamu ngerti dong..."

"Right. I really want to cancel it."

"Don't you dare."
Seriously??! Apaan sih? Gak lucu sama sekali.

"This event turns you into this selfish, arrogant, bitchy woman I don't recognize..."

Aku mengambil tasku, membuka pintu mobil dan membantingnya menutup sebelum lari masuk ke lobby.
Apaan sih Izar?
Dia tuh tau banget kalau aku bakalan beneran ribet kalau dia mendadak cancel. Acaranya Sigma lusa tuh gak cuma sekedar launching tapi ada acara diskusi bareng Izar, ada coaching clinic sama Rory juga, bahkan art performance-nya Ren. Dia sampai cancel, bakalan berantakan banget!

And what's with that last words? Selfish? Arrogant? BITCHY?!!
Aku menghapus air mataku saat pintu lift terbuka.

***

Semua kekesalanku tergantikan kesibukan yang gak memungkinkan aku untuk overthinking. So many things to do. So many things to prepare. Sore ini aku mesti ngeliat beberapa kubus LED yang nanti jadi salah satu pusat perhatian di launching, akan tergantung dari langit-langit dengan logo Sigma.

Atrium utama di Gancit, menjadi area dengan banyak mainan 'serius' buat cowok-cowok, mulai dari area game virtual reality, card games, PC games, consoles, grooming area featuring Barbeard (salon kece khusus laki-laki, buat cukuran dan ngurus facial hairs), konsultan fashion khusus cowok...
And many more.
And they're free.
And no girls allowed.

Semuanya harus dipasang mulai besok malam untuk mulai jam 10 pagi di hari Sabtu. It's stressful. And Izar didn't even think about it.

"What's with being so petty lately, girl?" Mitta menyikutku. Kami di jalan balik ke kantor.

"Gue boleh nginep tempat lo gak, malam ini? Rumah gue jauh dan laki gue lagi rese." tiba-tiba aku punya ide.

"He? Seriously? Lo manten baru udah ribut aje..." ia mengangkat alis, "Boleh lah. Nginep di apartemen gue aja."

"Gak ribut, cuma gue sebel dia gak ngerti gue lagi sibuk..." jawabku, mendadak sakit hati lagi ingat kata-kata terakhirnya padaku.
Izar sudah nelpon berkali-kali tapi aku diemin. Ngeselin banget tuh ya, udah sampai nanya gaji, pake komen-komen negatif, jutek bermalam-malam. Aku gak pengen banget menghadapi dia sampai selesai event.

***

Time flies when you're busy. Rencana pulangku sama Mitta gagal total saat jam 22 malam, tiba-tiba sekuriti masuk ke ruang meeting yang jadi war room...
Bersama Izar.

"Mbak Rumia, ini suaminya jemput..."

Bikin semua orang mengangkat kepala dari meja dan komputer. Masalahnya, minggu ini bukan cuma Sigma yang ada event, tapi beberapa klien sekaligus. Jadi kantorku...nyaris penuh.

"Pulang gih, Rum. We got this." Mitta adalah yang pertama bisa komentar, begitu melihat Izar berdiri dengan wajah dingin di Coven.

Aku menghampiri Izar dengan kesal, melewatinya, dan berjalan hingga ke depan lift. Ia mengikutiku pelan.

"Kamu ngapain di sini?"

"Jemput. Event kamu hari Sabtu, besok kamu pasti sibuk banget. Hari ini satu-satunya malam kamu bisa istirahat tidur sebelum pagi. Ambil barang-barang kamu. Pulang sama aku sekarang." suara Izar tegas, rendah dan galak. Aku berasa dimarahin, sebel banget sampai kupingku berasa panas.

"Aku belum beres, Zar. Aku masih rapat, kamu lihat barusan. Gak enak kalau aku mesti duluan dan semua masih disini!"
Sumpah ya, aku menahan banget suaraku supaya gak berseru pada Izar. Dia melipat kedua tangannya di depan dada, bermuka datar dan mengangkat kepalanya.

"They got this. Mitta aja suruh kamu pulang barusan." sialnya, Izar mendengar kata-kata Mitta tadi.

"Aku gak mau pulang kalau cuma dijudesin di rumah sampai pagi. Aku tadinya mau nginep di Mitta aja. Aku males sama kamu." jujurku.

Sekejap ia terkesiap sebelum terlihat...marah. Banget.
"Kamu gak mau pulang?" ia bertanya dengan suara menantang.

"Gak mau." aku ngeyel.

"Fine. Gak usah pulang." Izar memutar badannya cepat, menekan tombol lift.

"Eh, tunggu..." aku teringat sesuatu.

"Ambil barang-barang kamu. Pulang sama aku sekarang. We'll take showers, put the tv on our bedroom, watch Friends and cuddling..." Izar berkata lagi.

Ah sial. Aku jadi pengen pulang kan!
Tapi...
Tapi dia tadi pagi bilang aku selfish, arrogant dan bitchy! Itu...nyebelin banget! He didn't even apologizing, for God's sake.

"I just want to make sure you're still coming on Saturday and be professional. I mean, you have contract." jawabku, dengan suara bergetar.

Izar terlihat shock mendengar jawabanku. Dan sejujurnya, aku menyesal seketika atas kata-kata yang keluar dari mulutku.
Pintu lift terbuka. Izar masuk dengan ekspresi mirip gangster mau bunuh orang. Aku menelan ludah saking gak pernahnya dia terlihat seperti sekarang.

"Don't worry. I always deliver what I promised. Aku gak semudah itu lupa janji, seperti kamu, Mia." Izar menjawab, tepat saat pintu lift menutup.
Meninggalkanku, terguncang dan sendirian.

ElopementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang