It's Jungle Out There Pt. 1

37.1K 5.3K 138
                                    

This is a huge success.
Aku memandangi antrean cowok-cowok metro yang berbaris rapi masuk ke boks berlapis kain hitam di tengah atrium. Event utama produk Nourisall yang besar malah sedikit yang tertarik.

Maybe it's because of Ren. He's surely attracts some crowds. Atau gerombolan cowok-cowok gaul Jakarta teman-teman Nino. Juga teman Mitta yang ternyata banyak selebnya.

Aku dan Wilo mengumpulkan berbagai testimoni dari para cowok yang mencoba berbagai produk Sigma di dalam kotak, dibantu tim Nourisall. Sejauh ini, semua komentarnya positif banget. Kepalaku sudah penuh ide promosi yang kelak bisa dimasukin ke TVC, bisa dipublish di sosmed, bisa buat laporan...

It's a beautiful thing when your career and passion come together. Aku suka sama kerjaanku selama ini, sampai gak berasa kerja. It's simply something I do. Sampai Izar mendadak muncul dalam hidupku (lagi).

Ditambah, beberapa waktu belakangan, tepatnya setelah pengumuman soal Leader itu, aku sedikit ngerasa agak tertekan. Suasana jadi tegang, dikit-dikit drama. Coven jadi gak terasa semenyenangkan sebelumnya.

But today is really fun.
Untuk Sigma, goalnya bukan sekedar jualan produk, tapi harus bisa kasih orang pengalaman baru.
Kenapa acara produk bodycare cewek berani bikin event besar macam bazaar sekolah, bahkan konser, tapi produk cowok enggak?

"Masih banyak yang belum dapat kesempatan coba produk, nih, Rum. Gimana? Lanjut gak kita?" tanya Nino yang tiba-tiba muncul di hadapanku.

Aku melirik jam tangan. Duh tadinya aku berencana ngejar flight jam 14an dan ini sudah jam 12. Mestinya aku sudah berangkat pakai bus ke bandara. Tapi aku belum beli tiket juga sih, memang niatnya go-show.

"Gak bisa lanjut deh, kayaknya. Itu panggung utama dianggurin padahal ada Petra Sihombing lho." Mitta menjawab, dia menunjuk area depan stage yang kosong, sebelum kembali ngabur ngobrol sama klien. Lah iya. Gawat. Bisa diprotes Nourisall kami-kami ini.

"Kasih orang yang antre sample produk, minta data lengkap. Nanti kita follow-up untuk promo sosmed, buat dapat hadiah." aku memutuskan.

"Nice. Gue mau boleh ga?"
"Kagak! Kasih dulu yang pada antreeee!" aku mengacak rambutnya sambil ngakak. Ia segera balik ke pos nya di bagian depan antrean.

"Selesai, Mbak?" tanya Wilo.
"Beberapa orang lagi kayaknya. Habis itu, lo boleh cabs, semua alat kita titip Mas Ricky--OB Coven. Senin gue ambil data di tempat lo ya."

"Ini ada hard disk eksternal satu, Mbak. Kalau yang ini mau dibawa sekarang, bisa. Saya bagi dua, yang testimoni awal-awal isi selebritis ama cowok-cowok kece pagi-pagi. Yang kedua ini isinya pengunjung mall kebanyakan..." ia dengan tangkas memberiku hard disk yang sudah rapi terbungkus casing.

"Oh bagus! Makasih. Gue jadi bisa rough-cut sepanjang wiken!" jawabku ceria.
Eh. Atau review aja lah dulu ya. Aku kan mau ke Batu Secret Zoo.

"Mbak Rumia. Gue suka kerja sama lo." tiba-tiba Wilo berkomentar sementara kami mulai rapiin laptop, kabel-kabel...

"Hah? Hahahaha. Baru berapa jam doang, Wilo. Coba se-tim terus. Capek pasti lo, gw ajakin lembur mulu..."
Ada beberapa art director di masa lalu yang menolak kerja bareng aku, dengan alasan itu. Sejak saat itu, lembur sendirian aja deh kalau perlu, ketimbang bikin ribut.

"Gue denger soal Leader dan pemilihan umum Coven. Lo tuh kompeten banget jadi leader, tau, Mbak."

Aaaw.
"That's very sweet. Tapi lo tau sendiri, gue gak terlalu akrab sama anak kantor. Leader kan harus bisa mengayomi anak-anaknya... Gue deket sama orang aja susah, Wil..."
Beneran. Beberapa hari belakangan, aku makin menyadari kalau betapa pun kerennya pencapaianku di bidang kerjaan, tetap saja aku gak populer.
Kalau Coven adalah kelas, aku tuh anak yang hobinya belajar, gak seru buat nongkrong dan karenanya jadi gak punya suara banyak untuk menangin pemilihan KM.

ElopementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang