Cutiku distop mendadak. Kamis pagi, aku bangun dan dapat message untuk ngantor.
Alhasil, Izar ngomel-ngomel sepanjang jalan nganterin aku.
"Kita jadi kan, nanti sore ke Bandung? Besok Sabtu, kita nikahan, lho, Mia. Ini gimana sih, kok masih harus ngantor padahal kamu cuti sampai minggu depan... Trus nanti petugas KUA harus kemana, kamu udah kabarin belum? Tempat udah? Kamu sih pake ke Jakarta segala, orang kantor tau, jadi harus balik ngantor kan!"Aku memandangi lelaki ganteng yang lagi mode rempong di sampingku, sambil mikir mau bilang apa. Gimana dong, sebagian diriku (yang masih obsessed berat sama kerjaan) pengen banget ngantor, meski sebagiannya lagi mikirin persiapan Sabtu besok.
"Sayang, kalau gak ikhlas nganter aku, turunin sini aja deh. Nanti aku pake metromini gak papa..." jawabku setengah bercanda, mengusap-usap pipi Izar.
"Gak lucu, Mia."
Uh. Judes."Cuma sebentar kayaknya, paling supervise kerjaan kemaren dan event plan untuk Sabtu depan, trus lihat TVC baru Sigma. Habis itu aku pakai taksi ke kantor kamu, kita pulang Bandung. Oke, oke, oke?" bujukku lagi.
"Yaudah."
Menyerah. Tapi masih jutek.Aku melingkarkan kedua tanganku ke leher Izar, yang langsung melirik, gak bisa menahan senyum.
"Aku gak bisa konsen nanti, kalau kamu sekarang bete..." rayuku, "Cium dulu sini.""Istri manipulatif." komentarnya sebelum menggeser kepala, mendekatkan pipinya untuk kukecup singkat.
Ha!
***
Sampai di Coven, aku disambut pelukan panjang Mitta. She looks like a wreck. Untuk pertama kali dalam bertahun-tahun, Mitta tampak gak bermakeup glossy seperti biasanya, rambut diikat asal dan...pake sendal hotel di kantor!
Yang terakhir ini anomali sih, mengingat Mitta termasuk satu kaum Bu Boss yang kalau bisa solat pun pake heels.But.
Despite her being a mess, she did everything perfectly. Beneran deh, jagoan. Saat ngecek bareng kerjaan untuk event Sigma...semuanya udah oke. Tinggal cus aja."You're really good at it, Cuy." komentarku kagum.
"Lo gak liat gue kagak ada alisnya?" Mitta menjawab sewot.
Hoiya. Pantes ada sesuatu yang otherworldly gimana gitu dari sosoknya. Kurang alis rupanya."Yaudah, yok, ke kamar mandi dulu, bawa makeup pouch..." aku mendorongnya keluar kantor.
"Tapi itu, vendor buat goodie bag..." ia mengangkat ponselnya yang berdering.
"Bisa nunggu lo nyisir bentar kok..." aku menekan tombol silent.15 menit kemudian, Mitta is herself again. All polished and pretty. And much happier.
"Cuti lo udah beres?" tanyanya.
"Belum. Gue pikir disuruh Bu Boss ke sini gara-gara lo butuh bantuan."
"Nope. Gue oke-oke aja sih. Yaaaa, agak berantakan rambut gue, but I'm doing well."
"You did great! Makanya! Hmm...apa gue disuruh liat TVC ya?"Aku geser ke tempat Ren. Tapi dia belum pulang dari tempat ngeditnya. Yaaaang ternyata berlokasi di...JOGJA.
Saat aku lewat ke ruangan Bu Boss melewati meja meeting, baru kusadari hampir semua mata tertuju padaku. Syala and her team.
"Hai, girls!" aku menyapa, sekalian menghampiri.
"Rumia." Syala menjawab.
"Udah sehatan?" Pris bertanya.
"Sehat lah, udah jalan ditemenin Faizar." -- ini entah siapa deh, salah satunya. Aku biasanya menyebut orang yang gak kelihatan tapi nyaut mulu sebagai 'bayang-bayang'."Lumayan. Gue juga masih cuti, tapi disuruh ngantor. Happy meeting, girls. Gue ke Bu Boss dulu."
I've been here for years. Dikomenin bayang-bayang mah gak ngaruh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elopement
ChickLitMenjelang puncak kehidupannya sebagai perempuan karir sukses, Rumia mendadak harus menikah siri dengan tetangga/teman kecil/teman sekolah/cinta monyet/teman lamanya, demi memenuhi permintaan sang kakek tercinta. Rumia gak berminat untuk meneruskan h...