Happiness At The End Of The Story ~|20|

8.3K 594 48
                                    


     "Ah...sudah sadar rupanya." ucap seorang pria dengan langkah yang sangat meyakinkan, menghampiri sosok pria yang terikat tak berdaya di kursi.
 
     "Hai Gulf...akhirnya kita bertemu juga!".
 
     Ya...pria itu adalah Gulf, ia bingung mengapa ia berada di tempat ini dan siapa pria dihadapannya ini ia tak mengenalnya. Wajahnya cukup tampan namun sayang pria dihadapannya ini terlihat kejam dan brengsek.
 
     "Hmmmm....hmmmm..." jerit Gulf dengan rontaan tubuhnya yang terikat dan mulut di tutup kain. Ia yakin bahwa dirinya diculik, namun entah siapa pria ini sebenarnya.
 
     Pria itu terkekeh mendengar jeritan Gulf, ia semakin mendekati Gulf. Berjongkok untuk mensejajarkan pandangannya, pria itu mengelus wajah Gulf hingga leher.
 
     "Ternyata kau lebih manis dari pada foto mu, sayang..." ucap pria itu menyeringai.
 
     "Hmmm....hmmmm....hmmm...." ronta Gulf menolak sentuhan pria yang menculiknya.

     "Apa? Aku tak bisa mendengar mu sayang, apakah kau ingin berbicara?" tanya pria itu dan dijawab anggukan oleh Gulf.
 
     "Baiklah...aku izinkan kau berbicara tapi dengan syarat-" Gulf menatap penuh pertanyaan dan was-was akan syarat yang di ajukan pria dihadapannya ini.
 
      "Biarkan aku menyentuh mu dan menikmati mu ah! Sebaiknya kau menjadi milikku, bagaimana?"
 
     Benar dugaan Gulf, syarat pria ini membuatnya syok dan takut. Ia yakin jika pria ini pasti psikopat atau hanya terobsesi padanya. Gulf menggeleng dan menitikan air matanya, ia lebih memilih seperti ini hingga menunggu suaminya Mew menjemputnya. Ia rela seperti ini asal dirinya masih bisa menjaga harga dirinya untuk suaminya.

    "Dasar pria maniak, lihat saja nanti suamiku akan datang dan membalasmu"ujar Gulf dalam hati.
 
     "APA KAU MENOLAKKU GULF HAH!!!" bentak pria itu murka. Pria itu mencengkram rahang Gulf dan menghentakkannya, Gulf menagis terisak. Pria itu berdiri memunggungi Gulf, mengusap kasar rambutnya dan mencoba mengontrol amarahnya atas penolakkan Gulf. Namun sayang jiwa iblisnya tidak bisa diajak berkompromi.

     "Baik! Jika kau menolakku akan kubuat kau harus memilihku!!!" ancam pria itu kejam. Gulf menggeleng takut dan menangis dalam hatinya ia selalu berdoa dan memanggil nama Mew, berharap suaminya segera menolongnya.
 
     "Pertama aku perkenalkan diriku dulu, karena aku yakin kau pasti tidak mengenalku. Aku adalah Nat Prevevat Jayden, putra dari Mr.Jayden" ucap Nat.
 
     Gulf menatap Nat tak percaya, jadi pria ini yang akan dijodohkan dengannya?! Kenapa orang tuanya bisa menjodohkannya dengan pria psikopat seperti ini? Beruntung ia menolak perjodohan itu karna jika ia menerima hidupnya pasti hancur, walau sebenarnya pertemuannya dengan Mew juga tidak baik atau mungkin bisa dibilang hancur juga. Namun ia bersyukur Mew kini sudah berubah dan bisa menyayanginya serta mencintainya.
 
     Plak!!!
 
     Sebuah tamparan melayang tepat di pipi kiri Gulf, membuat Gulf menoleh dengan sudut bibir berdarah.
 
     "BERANINYA KAU MENGABAIKANKU! SIALAN!" Nat langsung menendang kursi dimana Gulf terikat, hingga membuat Gulf jatuh terjungkal dengan kepala langsung membentur lantai.

     "AKAN KU AJARI KAU AGAR TAK MENGABAIKAN ORANG YANG SEDANG BERBICARA PADAMU!" geram Nat.
 
     Sayang Gulf tak dapat lagi mendengar dengan jelas amarah yang Nat lontarkan, karena pening dikepalanya benar-benar membuatnya mati rasa. Ia berharap semoga janin dalam kandungannya tidak apa-apa. Hingga akhirnya kegelapan pun meraihnya dan membuatnya tak sadarkan diri.
 
--------------------------
 
     Di sisi lain....
 
     "APA MAKSUD MU TAK MENEMUKAN JEJAKNYA! "bentak Mew emosi.
 
     "Maaf Tuan. Penculik Tuan Gulf benar-benar lihai dan kami yakin dia bukan dari sembarang orang, maaf apakah anda memiliki musuh sebelum ini Tuan?!" tanya pria berbaju hitam. Dia adalah detektif atau mata-mata yang Mew bayar untuk mencari keberadaan Gulfnya.
 
     Baru saja Mew hendak menjawab, ponsel dari detektif tersebut berdering keras dan menyela Mew. Dengan tangan terkepal dan mata menatap tajam sang detektif Mew mencoba menahan amarahnya.

Happiness At The End Of The Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang