S - 7

16K 2K 251
                                    

Scene terakhir...

Tapi tidak lama dari itu, Jungkook memukul meja di sampingnya lalu memilih untuk mandi dan berganti pakaian. Ia mengambil kunci mobil yang ada di atas meja. Mobil sewaan tentu saja. Setelah itu ia keluar dari kamar hotel dengan tergesa-gesa.

So, enjoy it~

___________________________


Tidak pernah menyangka, pesta kali ini harus menggunakan topeng. Hasa tengah membelakangi Jimin karena pria itu tengah memakaikannya topeng. Sementara pria Park itu sendiri sudah gagah dengan topeng berwarna biru dongker.

"Kau bahkam tidak mengatakan ini!" ujar Hasa.

"Maaf, Nona Han. Oh, aku agak risih dengan panggilan itu. Toh kita pasti akan lebih dekat setelah hari ini. Ku panggil kau, Hasa atau sayang mungkin."

Jimin keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Hasa. Gadis itu mendekatkan bibirnya menuju telinga Jimin. Sementara tangan Jimin memeluk pinggangnya dengan lancang.

"Kau yakin di sini ada Yakuza atau apapun itu?" bisik Hasa.

"Kalau tidak yakin, untuk apa aku menaruh pistol di balik gaun seksi mu ini, love."

Mereka berjalan menuju aula utama, sesekali Jimin tersenyum ke arah wanita yang memandang tertarik ke arahnya. Yah, Jimin tidak mau sombong, tapi sekalipun dirinya memakai topeng, kalau sudah tampan, mau bagaimana lagi, bukan?

Hasa meraih minuman dari meja makanan, lalu ia bersulang dengan Jimin.

"Sekarang aku percaya, ceritamu itu bukan bualan semata," bisik Hasa. Jimin tertawa pelan, ia mendekat ke arah telinga gadis itu.

"Dan sialnya, orang yang aku ceritakan kini menatapmu seperti singa menemukan rusa."

Tangan Hasa menaruh gelas kaca yang ia pegang. Lalu menarik Jimin menuju lantai dansa. Orang yang dimaksud pria itu, mengikuti mereka secara perlahan.

Bibir Hasa mencium pelipis Jimin, cukup lama. Kamuflase saja, seolah mereka memang tidak berbahaya. Pada kenyataannya, sesuatu di balik jas Jimin, mampu menumbangkan banyak orang. Revolver perak.

"Ayo dansa," ajak Jimin dan Hasa menerimanya. Tubuh mereka bergerak pelan sesuai alunan musik. Sempat terbawa suasana, karena Jimin memeta tubuhnya dengan gerakan pelan, mengelus punggung, mencium pundaknya lalu yang paling lancang adalah mengecup daun telinganya.

"Berhenti menelanjangiku dengan jejak mu, atau aku akan melayangkan tinjuku, Mr Park."

Jimin tertawa. Menarik, Hasa itu menarik sekali.

"Kau tau, kenapa aku mengajakmu kemari? Jujur saja, saat pertama kali aku melihatmu. Aku tertarik, seperti melihat diriku dalam wujud perempuan. Kau, istimewa sekali. Itu sebabnya aku berniat menawarimu koalisi."

"Terserah, asal kau tidak meniduri ku dengan cara-cara busuk seperti di film. Aku akan baik padamu. Bisa kau jelaskan, kenapa pria tadi terus menatapku?" bisik Hasa. Dirinya mulai risih. Tentu saja takut, siapa yang tidak takut ditatap oleh mafia.

"Hanya satu, tertarik. Kita hanya perlu bertemu temanku lalu pulang dari sini sebelum jam sembilan."

"Bagaimana kalau-"

SIR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang