Scene terakhir...
Jungkook menelan air liurnya. Wajahnya masih datar, seolah tidak merasakan apapun. Seketika sang sekretaris baru, mengetuk pintu dan masuk.
"Mr Jeon, meeting akan b-"
"Cancel please."
So, enjoy it~
____________________________
"Tapi Mr, mer-"
"Aku bilang, batalkan. Apa dirimu tidak bisa mendengarnya?"
Jungkook berucap sinis, lalu ia melangkah dengan cepat, keluar ruangan. Satu tujuannya sekarang, Park Jimin. Pria itu pasti sedang di rumahnya dengan si berengsek, yang sedikit banyak menyebabkan permasalahan seperti ini.
Maka mobil mercedes itu membelah keramaian Seoul yang mulai diterjang malam hari. Dengan langkah besar dan penuh ambisi, Jungkook kini telah berdiri di depan pintu tempat tinggal si pria Park. Menekan bel tidak sabaran, hingga pintu terbuka dengan Jimin yang terkejut.
"Wah, Jungkook. Ada keperluan apa, orang sibuk sepertimu datang kemari tanpa mengabari ak-"
"Jangan basa-basi, Hyung. Apa yang kau rahasiakan dariku? Lalu di mana si berengsek itu ha?!"
"Oh, wow. Sabar bung. Kau seperti ingin segera cum after sex. Tergesa-gesa."
Jimin kembali menutup pintunya. Jungkook menatap heran, masalahnya, kenapa justru, Jimin keluar dari apartmentnya. Pria itu memberi isyarat agar Jungkook tidak banyak bicara.
"Ikut aku. Aku memang ingin pergi, mereka ada di tangan Yoongi hyung. Yang teraman dari yang paling aman, kau mengerti kan, Jungkook?"
Pun Jungkook menaiki mercedesnya kembali dan Jimin dengan mobil Audi.
+++
Sebuah lintingan tembakau, kembali dibakar pada ujungnya. Seorang pria dengan topi hitam, tengah duduk, memandang ke arah luar. Menikmati bagaimana malam begitu terasa tenang. Sebelum salah satu orang yang duduk terikat, terbangun dari pingsannya.
"Bajingan! Kau tau tidak, teman mu itu pembunuh!"
Yoongi menghela nafas. Memang sedikit sulit berbicara dengan orang egois merangkap bodoh.
"Memangnya kau melihat kejadian itu?" tanya Hoseok yang duduk tidak jauh dari Yoongi. Pria itu mengalihkan pandangannya, yang semula terpaku pada layar laptop di mana terdapat dua titik hijau yang bergerak cepat menuju kemari.
"Jungkook dan Jimin kemari. Haruskah salah satu dari mereka saja yang masuk?"
Yoongi menggeleng.
"Aku tidak mengerti bahasa orang malas bicara, Hyung" protes Hoseok. Ayolah, dirinya tidak mengerti apa maksud Yoongi hanya dengan gelengan kepala?! Atau mungkin hanya karena leher pria itu pegal?
"Biar dua-duanya masuk kemari. Taehyung lama sekali di atas?" tanya Yoongi tanpa melihat si lawan bicara. Juga mengabaikan umpatan dari orang lain yang sudah terbangun dari pingsannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIR ✓
Fanfiction[ Be wise: Mature Content] Seharusnya posisiku hanya duduk di kursi milik kakakku, Han Hana. Mengerjakan tugasnya lalu mengatur jadwal si boss 'membosankan' yang sering dia ceritakan padaku. Boss yang kuno, jauh dari kata, fashionable. Tapi, hari p...