Scene terakhir...
"Bagaimana kalau kita membuat sebuah kata, lalu hanya kau dan aku yang mengerti? Ini akan berguna suatu saat nanti, Kid" ujar Jungkook.
Apalagi ini, pikir Hasa bingung.
So, enjoy it~
____________________________
"Sir, jangan.."
Hasa menahan kepala Jungkook dengan menarik rambutnya. Pria itu sempat mendongak sekilas sebelum mencengkram kedua paha gadis itu agar terbuka lebih lebar. Membubuhkan ciuman kupu-kupu di sepanjang paha dalamnya. Hasa mau gila mendadak saat itu juga.
"Aku akan berhenti, jika dirimu mau berjanji sesuatu, Kid."
"A-apa?"
Jungkook menjauh, ia duduk di samping Hasa. Menatap wajah sayu gadis itu, lebih tepatnya seperti ingin cepat-cepat ditiduri atau menungging, pikirannya tidak pernah sekotor ini sebelumnya. Maka dari itu dia tidak nyaman terlalu lama menatap gadis itu.
"Berhenti mencari sesuatu untuk kepuasanmu sendiri. Kau tau, aku tidak dibayar untuk menjagamu. Hana pergi ke Busan, dan aku di sini seolah dititipi balita besar yang sulit diatur."
Gadis itu mengerutkan keningnya.
"Pertama-tama, bisakah kau kenakan lagi celana dalam mu, Kid? Itu sedikit mengganggu," tutur Jungkook sambil menatap celana dalam gadis itu yang sudah turun sampai lutut. Hasa berdiri untuk membenarkannya, cukup membuat Jungkook menelan air liur.
"Kau tau, Sir. Aku bahkan benci harus menerima permintaan Hana. Seharusnya aku tidak bertemu denganmu. Kasarnya adalah, aku benci karena semesta membiarkan dirimu masuk memenuhi hidupku. Dan kau tau apa yang aku lakukan sekarang?"
Hasa tertawa meremehkan. Berusaha memancing emosi Jungkook.
"Melawan semesta, agar menjauhkan mu dariku. Sejak pertama kita bertemu, aku pernah mengatakan padamu. Aku tipikal orang jujur, apa yang aku katakan, itulah pandanganku. Kau memang kolot, Sir. Lalu, aku memang mencintaimu. Dan, benar. Benar, aku ingin menghentikan perasaanku."
Jungkook diam, padahal dia yang berniat bicara panjang lebar awalnya.
"Tapi jika kau terus datang kemari, melakukan hal yang tidak sepantasnya dilakukan antara atasan dan sekretarisnya. Membuat sel otak ku, menjadi macet. Susah jadinya berpikir rasional. Kau menganggapku seperti kutu beras. Atau tidak, gangguan besar yang bisa membuatmu selalu ingin masuk rumah sakit, atau mungkin, hipertensi."
Pria itu menyimak dengan baik. Kapan lagi mendengarkan gadis itu mengutarakan pikirannya sampai sejauh ini.
"Itu saja, Kid?"
Hasa mengepalkan tangannya. Benar-benar sudah emosi.
"Bahkan ketika aku bicara serius, kau menatapku seperti permen karet di bawah meja sekolah!" nada bicara Hasa, mulai meninggi.
"Aku tidak butuh perkataan panjang lebarmu. Yang harus aku lakukan sekarang adalah, berada di apartment ini, sesuai perkataan Hana."
"Hana, Hana, Hana lagi!"
Hasa bangkit dari posisi duduknya. Jungkook otomatis menegakkan tubuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIR ✓
Fanfiction[ Be wise: Mature Content] Seharusnya posisiku hanya duduk di kursi milik kakakku, Han Hana. Mengerjakan tugasnya lalu mengatur jadwal si boss 'membosankan' yang sering dia ceritakan padaku. Boss yang kuno, jauh dari kata, fashionable. Tapi, hari p...