Seorang pria muda berbalut jas hitamnya itu kini tengah memandangi pemandangan kota dimana gedung-gedung besar dan menjulang tinggi tersebar luas. Jangan lupakan secangkir kopi yang ada ada di tangannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tok! Tok!
Suara ketukan pintu membuat pria yang sedang duduk di kursi kantor kesayangannya itu memutar kursinya dan menoleh ke sumber suara.
"Ya masuk."
Pintu pun terbuka dan masuklah seorang wanita muda dengan membawa sebuah map biru di tangannya.
"Ada apa, Va?"
Wanita itu berjalan ke arah pria yang sedang duduk itu. Suara sepatu high heels nya menggema di ruangan yang bernuansa monokrom itu.
Wanita itu meletakkan map biru yang dia pegang ke meja pria di depannya.
"Ini dokumen yang Bapak suruh kemarin sudah saya ketik. Ini juga dengan proposal untuk proyek baru dan agenda untuk rapat nanti, Pak."
Jenovan meletakkan gelas yang berisi kopi itu ke meja kerjanya. Dia menatap gadis yang berumur 2 tahun lebih tua darinya.
"Oh oke makasih. Nanti rapat nya jam berapa?"
"Jam 11, Pak."
"Kamu udah siapin semua buat rapat nanti kan, Va?"
"Udah, Pak Jeno."
"Terus clientnya yang dari Kanada itu udah disini kan?'
"Udah, Pak. Baru aja sampai tadi. Sedang perjalanan kesini, Pak."
Pria itu menatap keluar sekilas.
"Okay, ini adalah proyek penting. Dimana mobil-mobil yang kita produksi menjadi yang pertama memakai sistem listrik. Bukan nya ini hebat?"
"Iya. Benar sekali, Pak. Semoga ini berdampak positif."
"Ya udah kamu balik lagi kerja." perintah pria itu.
"Baik, Pak Jeno. Permisi."
Reva, sekretaris pribadi dari pria bernama Jenovan Janudra Arthawilaga itu keluar ruangan.
"Gue harus telfon papa."
Pria itu mengambil ponsel bewarna hitam nya yang terletak di saku dalam jas.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
