07. Dia kembali

12K 935 190
                                    

“Mengapa disaat hadirmu sudah tak lagi kuinginkan, kau malah kembali membawa sejuta kenangan?”

Zeyra Dzientara

Senja- Perih♪
(Bacanya sambil dengerin mulmed ya)

•••

BUGHT!

BUGHT!

BUGHT!

Seorang cowok memukuli orang yang ada dihadapannya dengan membabi buta. Dia menarik jaket orang yang sudah tersungkur dengan wajah babak belur itu.

"Siapa yang suruh lo sentuh dia?!"

"Gue nggak bermaksud mukul dia," sergah cowok itu dengan lemah. Bahkan membuka suara pun ia sudah tak mampu saat ini.

BUGH!

Satu pukulan lagi mendarat tepat di pelipisnya membuat orang itu kembali tersungkur.

Orang-orang disekitar mereka hanya menunduk takut kala ketuanya itu berhasrat membunuh anggotanya sendiri.

Gavin yang sudah tak tega melihat teman yang ada dihadapannya hampir kehilangan nyawa itu akhirnya menghampiri ketua sekaligus sahabatnya.

"Brilian stop!" Nada suaranya bahkan bergetar bersanding dengan sang ketua Alastor itu. "Dia udah mau mati Bril, sadar! Dia anggota lo!"

"DIEM LO!" Orang yang dipanggil Brilian itu menyentak tangan Gavin yang berada di bahunya. "Gue minta lo semua bawa dia ke gue tanpa luka sedikit pun, tapi apa?!" Cowok itu menggusar rambut frustasi. "Dia sampai masuk rumah sakit ANJING!" Brilian kalap, ia menendang bangku yang ada dihadapannya hingga membentur dinding dan pecah berserakan.

"LO!" Tunjuk nya pada seseorang yang sudah terkulai lemas itu.

"Detik. Ini. Juga. Lepas jaket kebanggaan Alastor!" Mutlak. Perkataannya membuat anak-anak yang lain menatap tak percaya. Sekuat itukah pengaruh Zeyra untuk Brilian? Bukan tanpa alasan, nama gadis itu saja sudah terkenal di kalangan mereka. Gadis yang membuat Brilian menolak banyak hati.

"Ini berlaku buat lo semua!" Ia mengedarkan pandangan, membuat anggota Alastor memilih menunduk dibanding bertatapan dengannya.

"Gue sama sekali nggak pernah minta kalian untuk nyakitin cewe! Bahkan sekasar apapun perbuatan cewe itu ke kalian."

Dan ini alasan mereka menghargai sosok ketuanya. Sekejam apapun dia dimata musuh, tak ada secuil pun dalam hidupnya berniat main tangan dengan perempuan.

"Tapi dia sama sekali nggak sengaja, Bril," Gavin masih membela orang yang sudah tersungkur itu, bagaimanapun ia juga hampir mencelakai Zeyra tadi.

"Sengaja atau nggak, perbuatan dia tetap fatal di mata gue!" Brilian memilih pergi dibanding ia harus menyesal dengan apa yang akan diperbuatnya jika masih berada di sini nanti.

Namun baru beberapa langkah ia berjalan, suara Gavin membuatnya berhenti namun tidak berbalik.

"Rumah sakit Darma, kamar Mawar no 72."

Baiklah, welcomback my star.

***

Di lain tempat, seorang cowok sedang berada di rooftop rumah sakit sambil memandang langit bertabur bintang dengan tangan yang menyanggah di pembatas rooftop.

Langit malam dengan taburan bintang adalah favoritnya. Dia menerawang pada kejadian di mana seorang gadis dengan beraninya menantangnya di jalanan, gadis itu ... Orang pertama yang secara terang-terangan mengambil alih atensinya.

RANZARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang