11. Something?

9.8K 766 86
                                    

"SEKOLAH lagi, sekolah lagi," keluh Raga saat mereka telah sampai di parkiran SMA Galaksi yang penuh oleh motor anak-anak Rigelasthor.

"Buat apa gue sekolah kalo nggak ada yang nyangkut sama sekali?" Tambah Ferro.

"Bersyukur," celetuk Devan.

"Bersyukur apa?"

"Bersyukur karena lo bisa sekolah, diluar sana banyak anak-anak yang kurang mampu yang pengen ngerasain apa itu sekolah," timpal Ranz, membuat teman-temannya kicep seketika.

"Panutan," Raga menepuk bahu Ranz dengan bangga. Beralih melirik Ferro dengan sinis. "Bersyukur lu!"

"Lo luan bego!" Umpat Ferro, tak terima di sudut kan.

Ranz sudah tidak menghiraukan teman-temannya. Sedari tadi fokusnya hanya pada pintu masuk SMA Galaksi.

Lama amat tuh cewe. Tentu saja, gumaman itu Ranz ucapkan dalam hati.

"WOYY!" Raga menepuk bahu Ranz cukup keras, membuat sang empu tersentak.

"Apa sih?!" Bentak Ranz, kaget bercampur marah. Membuat Raga langsung ciut di tempatnya.

"Bengong aja sih, lo," cicitnya, membuat Ferro tergelak.

"BUAHAHAHA MUKA SANGAR DI SENTAK DIKIT LANGSUNG CIUT! MALU SAMA BADAN BANG!"

"Udah mau bel, nggak masuk nih?" Tanya Devan, tak menghiraukan gurauan teman-temannya.

"Lo pada duluan aja, gue ada urusan," ujar Ranz membuat gerak keempat temannya terhenti.

"Urusan apa?" Tanya Devan.

Saat Ranz ingin menjawab, motor CBR-250RR berwarna hitam memasuki gerbang SMA Galaksi. Dan sialnya, saat itu juga fokus Ranz tersedot padanya.

Nathan, Devan, Raga dan Ferro mengikuti arah pandang Ranz, mengetahui ada yang janggal membuat keempat sahabatnya kembali menoleh padanya.

"Lo nungguin Jeje?" Tanya Devan, sedikit tak menyangka.

"Ha? Nggak!" Sergah Ranz. "Mau masuk kan? Ya udah ayo," cowok itu berlalu pergi, meninggalkan tanda tanya besar di kepala teman-temannya.

"Serius Ranz nungguin dede gemes gue?" Tanya Raga dengan wajah cengo, namun sepersekian detik kemudian ia tersadar. "SERIUS ANJIRR?!"

"WOYY RANZ! AWAS LO YA!!" Raga berteriak, berlari mengejar Ranz.

"Yaampun beybihh kamu selingkuh?" Ferro memegang dada dramatis, namun tak urung mengikuti langkah Raga mengejar Ranz.

Devan menoleh sekilas pada Nathan sebelum akhirnya mengikuti langkah teman-temannya.

Dalam diamnya, Nathan memandang punggung Ranz dengan berbagai kata yang selalu ia semogakan.

Tidak, jangan sampai. Semoga.

***

"... SYUDAHH PAHAMM SYEMUANYAAA?" Tebak suara siapa? Seratus untuk yang menjawab si guru cetar membahana, Bu Rain. Ah ralat, si mami hujan.

RANZARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang