27. Perselisihan

6.1K 453 131
                                    

ZEYRA telah menunggu Ranz hampir setengah jam di depan pintu kantor yayasan, bergerak gelisah takut hal yang tidak diinginkan terjadi.

Dari arah belakang suara langkah kaki yang terburu-buru masuk ke indera pendengarannya. Zeyra berbalik, menemukan Nathan, Devan, Ferro dan pasukan Rigelasthor yang lain.

Nathan menghampirinya, bertanya apakah ia baik-baik saja. "Lo nggak papa? Keadaan lo gimana sekarang?" Zeyra dapat melihat kekhawatiran yang terpancar dari kedua bola mata itu, sangat jelas. Gadis itu menggeleng, ada yang lebih penting saat ini daripada keadaanya.

"Gue nggak papa, tapi Ranz...." Zeyra menoleh pada pintu yang diatasnya terpajang nama 'Kantor Yayasan'.

Devan mengusap wajahnya kasar, masalah ini bukan lagi berhenti di ruang BK atau ruang kepala sekolah, melainkan ketua yayasan sendiri lah yang turun tangan.

Tidak hanya itu, ada masalah lain yang lebih parah dari ini.

Suara decitan pintu terdengar, tampak seseorang dari dalam tengah memutar knop pintu.

Ceklek.

Semua orang memfokuskan pandangannya, terlihat ketua mereka tengah berjalan dengan tatapan yang tidak dapat mereka artikan.

"Ranz?" Zeyra lah orang pertama yang menghampiri, diikuti ketiga temannya dan juga pasukan Rigelasthor lain.

"Gimana?" Tanya Devan, sarat akan nada kekhawatiran.

"Kita bicarain di Markas aja, habis ini sekolah di pulangkan karena banyak perbaikan," ujarnya tenang, namun dari pancaran kedua matanya Zeyra dapat merasakan ada sesuatu yang menahannya.

"RANZ!" Terdengar suara gadis memanggilnya, membuat gerombolan cowok yang berkumpul itu membelah jalanan.

Adara, gadis itu terlihat sangat khawatir terbukti dari raut wajah serta kedua bola matanya.

"Kamu nggak papa? Ada yang luka? Terus aku denger tadi kamu di panggil ketua yayasan?" Gadis itu benar-benar membondong semua pertanyaan. Bahkan ia sama sekali tak memedulikan kehadiran Zeyra yang berada di sebelah Ranz.

Tunggu dulu, apa tadi? Aku? Kamu? Apa Ranz dan Adara sudah resmi berpacaran? Jujur, ada sedikit harapan dalam hati Zeyra yang meminta jika semua ini tidak akan terjadi, tapi mengapa? Bukankah ia sudah memiliki Brilian?

"Gue nggak papa, Dara. Nggak ada luka serius juga."

"Terus kenapa sampai di panggil ketua yayasan?" Dara masih bertanya tanpa menghiraukan seorang gadis yang menatapnya datar sedari tadi.

"Masalah sepele." Mendengar itu Adara hanya tersenyum simpul dan mengangguk kecil, lalu berpamitan untuk pergi.

"Oke, kalau gitu aku balik dulu ya? Pasti kamu juga ada urusan." Dara tersenyum tipis, berbalik meninggalkannya.

"Dara," panggil Ranz, langkah gadis itu terhenti. Adara menoleh menunggu apa yang ingin cowok itu katakan. "Hati-hati, gue nggak bisa nganter hari ini." Gadis itu tersenyum, mengangguk sekali lalu benar-benar pergi dari sana.

"Markas sekarang," ujar Ranz tak terbantah, menarik diri untuk menjauh. Tunggu! Apa ia tak menyadari ada seorang gadis yang sedari tadi menunggunya? Apa ia sama sekali tidak menganggap Zeyra ada?

"Ranz." Panggil Devan membuat cowok itu terhenti. "Raga ... Di kantor polisi."

Boom!

Bagai bom atom yang langsung meledak tepat di hadapannya, Ranz merasa oksigen di sekitarnya menipis.

Oke, lagi-lagi masalah singgah di hidupnya.

***

"Kamu saya bebas kan, lain kali jangan pernah menyelesaikan masalah dengan tindak kekerasan. Selesaikan masalah ini secara kekeluargaan." Polisi yang Raga perkirakan usianya berkepala empat itu menjabat tangannya.

RANZARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang