57. Akhir dari segalanya

10.2K 495 409
                                    

“Sial

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Sial. Saya tidak kehilangannya. Karena sedari awal, saya memang tidak pernah memilikinya.”

—Ranzares Rovaldo Brawijaya—

Happier - Olivia
Rodrigo♪

Follow Instagram :
@abt.jaja

Tiktok : @vanillagurly

Happy reading! 💫🦋

•••

"APA semua ini nggak keterlaluan, Je?" Faroz bertanya pada adiknya saat mereka telah sampai di pintu gerbang kediaman Zeyra.

"Keterlaluan gimana? Semua setimpal, Kak. Rasa sakit yang dulu Mama rasain, udah terbalas meski nggak langsung sama orangnya."

"Tapi Ranz nggak tau apa-apa soal itu. Sama kaya kita, Ranz juga korban, Jeje."

"Sama kaya kita, Ranz juga korban. Tapi apa Kakak sadar kalau selama ini dia juga berusaha mati-matian buat balas dendam ke kita? Mulai dari apa, Kak? Dia celakain Agatha karena dia tau itu salah satu kelemahan Kakak, dia bakar motor Kakak, dia selalu beranggapan kalau kehancuran keluarganya itu karena kita."

"Tapi nggak gini, Je...."

"Nggak gini gimana, Kak? Aku cuma ngelakuin apa yang seharusnya aku lakuin sejak lama."

"Tapi bukan Ranz orangnya."

"Terus siapa?!" Zeyra lepas kendali. Gadis enam belas tahun itu berteriak marah dengan mata memerah. "Apa kita harus bongkar makamnya Michel, minta pertanggungjawaban dia atas kematian Mama, gitu kak?"

Faroz tak lagi ingin berdebat dengan adiknya, mendengar suara bergetar itu, ia menarik Zeyra ke dalam pelukan. Menenggelamkan wajah itu pada dada bidangnya. "Jeje udah terlalu jauh, cukup sampai disini."

"Emang apalagi yang harus Jeje lakuin? Semua udah selesai, Kak. Kita menang dan dendam Mama terbalaskan."

"Zeyra Dzientara Arcelo." Kata-kata itu bagai belati yang menancap langsung pada relung hati anak dari Michellia Amora Brawijaya itu. Seperti rohnya yang dicabut secara paksa, Ranz kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

"You're wrong if you say i love you, karena faktanya ... I really hate you, Brawijaya," dan kalimat lanjutan gadis itu seperti menamparnya keras-keras untuk kembali sadar akan dunianya. Perlahan, kaki Zeyra berjalan mundur, semakin memperjelas bahwa ada tembok tak kasat mata yang menghalangi mereka.

Zeyra tersenyum, mengejek. "Mau tau siapa selingkuhan Papa aku sampai bikin Mama aku meninggal, Ranz?" Gadis itu tetap bersikap santai walau sama sekali tak menutupi binar benci yang ia layangkan untuk pacarnya itu. "Michellia Amora Brawijaya," lanjut gadis itu tajam.

RANZARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang