28. Mendekat lagi?

6.2K 462 125
                                    

“Sungguh aku bingung dengan sikapmu, jika suka katakanlah. Dan jika tidak, berhenti memberiku harapan.”

–Zeyra Dzientara–


•••

COWOK itu mengendarai kuda besinya dengan kecepatan di atas rata-rata, menembus angin malam yang dapat menusuk hingga ke tulang.

Brengsek.

Bajingan.

Sampah.

Kata-kata itu terus terngiang dalam kepalanya, berputar bak lagu merdu yang masuk melalui indera pendengarannya.

Di balik helm full face nya, Raga tersenyum miring. Mana bisa sampah sepertinya akan terlihat mulia walau sudah melakukan kebaikan, bahkan menyelamatkan kehormatan wanita sekali pun.

Masih dengan emosi yang membuncah, di gasnya motor dengan tinggi di atas rata-rata, membelah sunyinya malam berharap amarah serta kekecewaannya hilang.

***

"Jeje!" Terdengar seseorang tengah memanggilnya dari kejauhan. Zeyra berbalik dan mendapati ketiga sahabatnya baru saja keluar dari mobil Zein.

Hari ini ia berangkat sendiri, ia rindu menunggangi Bubunya, itu yang ia katakan pada Brilian.

Zeyra tersenyum, melambaikan tangan membuat Meisya, Syena juga Zein berlari mendekatinya.

"Aaa gue kangeeennn." Zein lebih dulu memeluknya dengan erat, diikuti Syena dan juga Meisya.

Zeyra tersenyum geli, padahal semalam mereka bertemu walau akhirnya Zeyra berakhir di UKS dan pulang tanpa pamit.

"Iya tau, gue ngangenin anaknya."

Mereka melepas pelukan. Dan dengan cepat tangan Zein yang sudah gatal ingin menjitak kepala Zeyra akhirnya ia lakukan.

Plak!

"Zeinnnn!!!" Zeyra mengusap keningnya yang baru saja dapat jitakan.

Plak!

"Cebolll!!"

"Apa?!" Balas Zein dan Syena galak.

"Masyaaaa." Zeyra merengek pada Meisya.

"Ihhhssss." Ah sayangnya, Meisya pun turut andil menguyel-uyel pipi Zeyra dengan kedua tangannya.

Kan? Baru saja peluk-pelukan, ini Zeyra udah di siksa aja.

"Kalian kenapa sih?!"

"Semalam kemana aja?" Zein menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Nggak di gebukin lo?" Beralih Syena yang bertanya sadis.

"Terus tuh leher kenapa?" Tanya Meisya mengikuti gaya bicara teman-temannya.

"Bisa nggak, dibilangin sehari aja nurut?!" Ujar mereka serentak.

Zeyra menatap mereka malas, sungguh over protective! Tapi terkadang Zeyra memang membutuhkan perhatian seperti ini. Ah teman-temannya sungguh pengertian.

"Harus di jawab dari mana?"

"Semua!" Jawab mereka, lagi-lagi berbarengan.

"Tanyakan pada rumput yang bergoyang," balas Zeyra acuh lalu berbalik meninggalkan mereka.

RANZARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang