23. Terbongkar

7.3K 568 83
                                    

“Kini kehancuran sebenarnya kurasakan, dia pergi, benar-benar pergi. Membawa sejuta harapan yang selalu ku langitkan.”

—Brilian Altair Wesley—

Orang yang aku kenal -
New Rijja

•••

"BRILIAN ada di depan gerbang." Perkataan Regal membuat rahang Ranz seketika mengeras. Cowok itu kembali terpancing dendam yang telah lama terpendam.

Saat ia ingin melangkah untuk menemui sang rival, suara Regal membuatnya tersadar akan alasan kedatangan Brilian, bukan tanpa alasan pastinya.

"Dia sendiri." Dua kata membuat opini yang ada di kepalanya semakin kuat.

Tanpa menghiraukan siapa saja orang di sekelilingnya, Ranz mulai melangkahkan kaki menjauhi parkiran. Satu tujuannya saat ini, gerbang sekolah dimana rivalnya itu berada.

Benar saja, dengan beraninya murid SMA Gempita itu menginjakan kaki di wilayah kekuasaannya. Sendiri pula! Harus Ranz akui nyalinya oke juga.

Ranz mendekati cowok yang duduk menyamping di atas motor dengan posisi membelakanginya.

Tanpa permisi, ketua Rigelasthor itu menarik kerah belakang jaket yang tengah Brilian kenakan, membuatnya mau tak mau tertarik karena merasakan lehernya seperti tercekik.

Tanpa belas kasihan, Ranz langsung menghempaskannya hingga membuat Brilian tersungkur ke aspal.

Brilian memejamkan mata dengan tangan terkepal yang menyanggah tubuhnya, tanpa ia lihat, cowok itu tahu perbuatan kekanakan siapa ini.

"Gue akui nyali lo oke juga."

Benar, dari suaranya saja Brilian tahu siapa yang tengah menginjak-injak harga dirinya, lagi.

Brilian bangkit, menatap bengis pada Ranz. Cukup sudah setahun ini ia menjadi pengecut,  menghilang seperti ditelan bumi karena rasa bersalah yang menyelimuti. Cukup sudah ia menanggung dosa yang sama sekali bukan kesalahannya.

Enough!

Brilian tidak akan lagi bersembunyi, ia ingin menunjukkan pada dunia bahwa ia tidak bersalah. Kini, biarkan ia menaikkan kembali harga dirinya yang telah lama terinjak.

Baginya, orang seperti Ranz tidak akan berhenti jika belum melihatnya hancur.

"Apa yang lo mau?" Tanya Brilian dingin.

"Nyawa di bayar nyawa," balas Ranz, tak kalah membekukan.

Brilian tersenyum miring membalas perkataan Ranz. "Lo nggak pantes jadi pemimpin kalau cara berpikir lo sedangkal ini, Ranzares Rovaldo."

Ranz. Cowok yang gampang tersulut emosi itu langsung menendang dada Brilian hingga membuatnya mundur beberapa langkah.

Pekikan dari beberapa murid yang menyaksikan sudah masuk ke dalam indera pendengarannya, namun sama sekali tidak ia pedulikan. Bahkan Dara yang berada beberapa langkah darinya pun tidak dapat membuat emosinya redam.

Kali ini ia sendiri, hanya Regal satu-satunya pasukan Rigelasthor yang tengah bersamanya. Entahlah, ia tidak tahu keberadaan yang lain. Bahkan keempat temannya pun tidak ia ketahui keberadaannya.

Brilian sedikit merunduk, memegangi dadanya yang nyeri akibat tendangan yang terus menerus mengarah pada dadanya. Kali ini Brilian tidak tinggal diam, ia langsung membalas dengan membogem Ranz tepat di sudut bibirnya, membuat darah mengucur disana. Sudut bibir Ranz sobek.

RANZARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang