05. Rooftop SMA Galaksi

13.6K 1K 166
                                    

ROOFTOP. Tempat pelarian kelima inti Rigelasthor saat ingin membolos atau nongkrong di jam pelajaran dan lari dari razia rambut Pak Susanto. Kini, mereka tengah berkumpul di jam istirahat hanya karena malas turun ke kantin untuk mengisi amunisi.

"Langitnya indah ya, Ro?" Raga berkata tiba-tiba. Tiduran dengan beralas tangan dengan Ferro di sampingnya.

Ferro menoleh, mengernyit dalam. "Kesambet lo?"

"Tuhan memang baik ya? Menciptakan seluruh alam semesta untuk kita nikmati." Raga tak menanggapi ocehan Ferro, masih sibuk menatap hamparan awan di atasnya.

"Anjrit kesambet beneran ternyata." Ferro merubah posisinya menjadi duduk. Menatap ngeri teman di sebelahnya.

"Lo liat langitnya, Ro? Indah. Tapi kenapa manusia sekarang sulit untuk menghargai ciptaan Tuhan?"

"Astaghfirullah merinding gue!" Tanpa tendeng aling Ferro langsung berlari dan duduk di sofa dimana Devan berada. "Cin! Bucin! Tuh si pakboi kesambet Cin! Kesambet! Panggil orang pinter Cin, cepetan!"

Devan hanya menarik tangannya kesal saat Ferro terus-terusan melendotinya. "Apasih, Ro?"

"Iss Bucin! Itu temen lo kesambet!"

"Ya udah biarin aja sampe setannya keluar. Paling nggak betah lama-lama, badannya bau."

Sungguh penistaan!

Memilih berdiri dan menghampiri Ranz yang tengah berdiri di pinggir rooftop menatap ke bawah.

Lain dari kegilaan teman-temannya, Ranz tengah memandangi seorang siswi yang sedang berjalan di koridor bersama ketiga temannya. Satu yang ada dipikirannya saat ini, siapa gadis itu?

Entah karena merasa di perhatikan atau memiliki feeling yang kuat, gadis yang sedari tadi ia perhatikan balas menatapnya. Ranz memalingkan wajah saat itu juga, merasa tengsin karena sudah ketahuan memperhatikan, mana anak baru lagi!

Ranz terkejut saat Devan sudah berada di belakangnya saja. Penasaran, Devan sedikit mengintip apa yang Ranz perhatikan sedari tadi. Kedua sudut bibirnya naik, Devan menatap Ranz dengan curiga.

"Apa?" Tanya Ranz risih dengan tatapan Devan.

"Zeyra Dzientara. Pindahan dari London."

"Nggak perduli."

"Kenapa sih? Anti banget kayanya lo sama dia. Anak baru Ranz, nggak tau apa-apa."

Mereka tidak sadar jika pintu rooftop terbuka, menampilkan Nathan yang tengah menenteng gitarnya.

Nathan tak ingin bergabung dalam obrolan mereka, atau dapat disimpulkan cowo ini belum tau apa yang kedua sahabatnya perbincangkan. Memilih duduk di tepi rooftop dengan kaki yang menjuntai ke bawah, Nathan memainkan gitarnya.

Ranz menangkap pergerakan Nathan, mengikutinya dan bertanya tanpa basa-basi. "Siapa Zeyra?" Nathan menoleh dengan cepat saat nama seseorang di sebutkan. Cowok itu bangkit, memandang Ranz dengan datar.

"Bukan siapa-siapa."

Pencetus Rigelasthor itu tersenyum sinis. Sudah menduga jawaban sahabatnya. "Mata-mata Rudolf? Atau ... Alastor?"

"Ranz!" Nathan marah. Cowok itu bahkan tanpa sengaja menyentak gitarnya membuat Devan sigap berdiri di tengah-tengah mereka.

Ferro langsung bangkit, sedangkan Raga yang kebingungan karena tak tahu apa-apa. Wajahnya cengo menatap ke arah teman-temannya.

RANZARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang