26. Penyerangan (2)

6.6K 485 151
                                    

“Kamu tahu apa yang kusuka darimu? Tatapan mu kala menatapku dengan teduh.”

–Zeyra Dzientara

•••

DI pagi yang cerah ini, Zeyra telah siap di depan cermin dengan pakaian yang sering ia pakai untuk berangkat ke sekolah. Sudah seminggu ia tidak mengendarai Bubu kesayangannya.

Hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya, hari ini gadis itu berdiri di depan cermin dengan senyum manisnya. Binar mata yang sebelumnya redup, kini kembali memancarkan cahaya.

"Welcome to the new world, Jeje," gumamnya pada diri sendiri.

Gadis itu beranjak keluar kamar, menuruni satu persatu undakan anak tangga.

"Pagi, Bi."

"Pagi. Bahagia banget hari ini?" Bi Sum menyipitkan mata, menatap aneh Nona di hadapannya.

Zeyra tersenyum sembari mengedikkan bahu. "Semangat Jeje balik," ujarnya setengah berbisik.

Bi Sum tersenyum, akhirnya setelah beberapa hari wajahnya terlihat suram, kini senyumnya kembali mengembang. "Sarapan, ya? Itu roti udah Bibi siapin," ucap Bi Sum sembari mengelap pinggiran meja yang kotor.

"Kesukaan Jeje ini." Gadis itu mengambil sehelai roti yang telah diolesi nutella itu.

Ting tong

Bel rumahnya berbunyi, baru saja Zeyra ingin bangkit, Bi Sum telah menyuruhnya kembali duduk. "Biar Bibi aja, Non Jeje habisin sarapannya."

Zeyra mengangguk, kembali memakan roti dengan sesekali meminum susu dihadapannya.

Ah ... Sudah lama rasanya ia kehilangan selera makan dan tidak menyentuh makanan selezat ini. Jika ada seseorang yang pantas mendapat predikat telah mengembalikan kebahagiaannya, predikat itu pasti akan jatuh pada cowok berdarah Inggris bernama Brilian Altair Wesley. Bintangnya.

"Bentar...." Bi Sum berteriak agar seseorang yang di luar tidak lagi menekan bel.

Saat sampai di depan pintu bercat cokelat, wanita paruh baya itu memutar kunci dan langsung membuka pintu. Kini dihadapannya berdiri seorang cowok dengan setelan lengkap seragam SMA dan jaket kulit hitam yang membalut tubuh proporsionalnya. Yang menjadi pusat wanita ini bukan tentang wajahnya yang tampan ataupun badan tegap proporsionalnya, yang membuat wanita paruh baya itu tertegun adalah, manik mata abunya yang sangat indah.

"Pagi," sapa Brilian.

Bi Sum mengerjap, meneliti wajahnya yang tampak asing dan tak pernah terlihat. "Aden Ranz?" Entah mengapa nama itu yang keluar dari mulutnya, sebab Ranz pernah menjemput Zeyra saat mereka ingin menjenguk Erza. Brilian tersentak, raut wajahnya seketika berubah.

Brilian mengangguk sopan. "Saya Brilian, pacarnya Zeyra."

"Pacarnya Non Jeje?" Bi Sum tampak terkejut, namun sedetik kemudian tersenyum. "Sebentar, ya? Bibi panggilkan." Brilian mengangguk, tersenyum singkat.

Saat Bi Sum kembali masuk, pikiran Brilian langsung melayang ke satu nama. Ranz? Mengapa asisten rumah tangga Zeyra mengenal rivalnya itu?

Apa sebelumnya Ranz pernah datang kesini? Yang Brilian tangkap selama mengenal cowok itu, Ranz jarang sekali terlihat dekat dengan seorang perempuan. Satu-satunya perempuan yang pernah sangat dekat dengannya hanya Anara Ghizca Bintari. Gadis yang telah setahun meninggalkan dunia.

Lamunannya buyar kala seorang gadis datang menghampiri. "Altair?" Zeyra datang dengan wajah bingungnya. Tak disangka dengan kedatangan tiba-tiba Brilian.

RANZARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang