Orang Kampung

784 122 63
                                    

Taehyung memasuki rumah Yunggi begitu saja tanpa salam ataupun melepas alas kakinya. Sebuah tangan menekan dadanya saat ia mengamati ruang tamu yang seukuran lemari sepatu apartemennya.

"Sepatunya tolong dilepas."

Taehyung mengamati lelaki pendek di hadapannya. "Don't touch me with your dirty hand."

"Oh, nggak bisa Bahasa Indonesia ternyata. Oke."

"Aw! Hey, what's your problem?"

Taehyung memegangi tulang keringnya yang baru saja ditendang lelaki pendek itu. Shit! Bukan main sakitnya!

"Shoes. Outside."

Kedua mata Taehyung menyorotkan kebencian pada lelaki pendek angkuh di hadapannya. Namun demikian, ia memilih berdiri dan menantangnya.

"Make me."

"Oke, kalo gitu." Yunggi berbalik dan mengambil pemukul kasur dari rotan yang tergantung di tembok dan mengangkatnya tinggi-tinggi sebelum mengayunkannya ke arah paha dan bokong pria yang lebih tinggi.

"Stop it! Hey! Hey!"

"Sudah sudah, Dik. Tuan saya jangan dipukulin. Ngapunten nggih (Maaf ya). Tuan saya nggak ngerti."

"Mpun mboten napa-napa, Pak. Niki sanes salahe Jenengan (Sudah tidak apa-apa, Pak. Ini bukan salah Bapak)."

"Stop it, Dammit!" Taehyung berhasil mencengkram gagang senjata pemukul yang berada di tangan Si Pendek saat lelaki itu lengah. "You could've asked me nicely!"

"I uhm say. Shoes outside. Shoes go out! Out! Out!"

Taehyung benar-benar ingin memaki lalu merutuki dirinya yang dengan bodohnya mengikuti kemauan Sang Ibu. Buang-buang waktu saja! Ia lalu berbalik menatap Pak Sutopo dan berkata, "I'll wait in the car. Give me the key."

"Eh? Apa, Den?"

"The key." Ia meraih kunci mobil yang bagian ujungnya menjuntai keluar dari saku kemeja Pak Sutopo dan segera melangkah pergi.

"Oalah, jaluk kunci mobil to jebule (Oalah, minta kunci mobil ternyata)."

---

Taehyung menenangkan diri dengan bermain game di ponsel canggihnya sambil diiringi alunan musik jazz. Sebenarnya ia masih merasa kesal namun paling tidak Si Pendek tidak berada di radius mobilnya terparkir sehingga ia dapat bernafas lega.

Tok tok!

Ketukan di kaca mobilnya mengalihkan perhatian Taehyung dari layar ponsel. Segerombolan anak kecil berdiri di sekitar mobilnya sambil menyentuh bagian atas dan samping mobil sedan mewah tersebut. Dua orang di antaranya mengetuk-ngetuk kaca di sampingnya.

Taehyung menurunkan kaca dan disambut dengan raut keterkejutan kedua anak yang mengetuknya tadi.

"Stop it. You're gonna ruin the car."

Tak ada jawaban apapun dari bocah-bocah tersebut.

"Hey! Hands off the car! You'll make it dirty. D'you have any idea how much this car is? I bet you don't!"

"Bule po? Kok ireng? (Bule ya? Kok item?)"

Sialan! Taehyung paham yang mereka katakan. "It's none of your business. Just go!"

"Ei, Misteerrr!" panggil salah satu anak di depannya. Kata 'mister' yang ia gunakan berhasil menarik perhatian teman-temannya yang segera berkumpul untuk melihat Si Mister.

"Lha kok ora putih? Jarene misteerr (Lha kok nggak putih? Katanya misteerr)."

Telinga Taehyung mulai panas. Ia sangat sensitif setiap kali dianggap berkulit gelap. Apa mereka tidak tahu bahwa kulitnya ini tanned! Dia membayar mahal - pasti lebih mahal dari harga rumah mereka - untuk mendapatkan kulit seperti ini. Ireng? Excusez-moi! It's tanned!

"Just shoo! Shoo!" Ia mengibas-ibaskan jemari panjangnya untuk menekankan maksudnya.

"Woo...diarani awak dewe pithik (Woo...kita dikira ayam). Malah hus hus. Bule gadungan."

Okay, that's enough!

Ia melotot tajam ke arah gerombolan bocah-bocah itu lalu membuka pintu mobil.

"Uwwooooww...dhuwur banget mister! (Uwwooooww...tinggi banget mister!)"

"I said go. Go home!"

Bukannya takut, bocah-bocah tersebut malah tertawa.

"I'm not joking. I know karate. I can easily kick your asses all the way from here to New York!"

"Hahahaha! Ngomong opo to mistere iki? Kok kayane lucu banget ya? (Hahahaha! Ngomong apa sih misternya ini? Kok kayaknya lucu banget ya?)" 

"These little devils!" Ia bersiap mengangkat tangannya namun sebuah suara menghentikannya.

"Den, ayo pulang."

---

Taehyung memasang sabuk pengaman dan menoleh ke arah Si Pendek yang didampingin setan-setan kecil yang mengganggunya tadi. Si Pendek itu pun membalas tatapannya dengan mata yang dipelototkan walaupun tidak menyeramkan sama sekali karena ukurannya yang kecil.

Keduanya saling menatap lama bahkan tak terputus saat Pak Sutopo menghidupkan mesin dan mulai melaju. Setelah beberapa meter, barulah tatapan mereka terputus dan Taehyung mendengus.

"He's cute if he's not being an asshole."

Sementara di tempatnya berdiri, Yunggi masih menyilangkan kedua tangan di depan dada dan menatap tajam bagian belakang sedan hitam yang menjauh.

"Ganteng ganteng og nyebahi (Ganteng ganteng kok nyebelin)."

---

"Jadi, sudah ketemu rumah Pak Rizal tapi baru ketemu anaknya saja?"

"Nggih, Den (Ya, Tuan)."

Suminto menganggukkan kepala mendengar penjelasan sopir ayahnya itu. Sebuah kemajuan setelah bertahun-tahun ayahnya mencari sosok Rizal yang rasanya belum pernah ia temui itu.

"Nggih, mpun. Matur nuwun, Pak Sutopo (Ya, sudah. Terima kasih, Pak Sutopo)."

"Nggih. Sami-sami, Den. Kula nyuwun pamit nggih (Iya. Sama-sama, Tuan. Saya permisi dulu ya)."

Sepeninggal Pak Sutopo, Astari bertanya kepada suaminya. "Bapak nyari-nyari Pak Rizal kuwi jane ngopo to, Mas? (Bapak nyari-nyari Pak Rizal itu sebenernya kenapa sih, Mas?)"

"Ora ngerti. Tadi tak tanya Ibu tapi ya ora ngerti (Nggak tau. Tadi aku nanya Ibu tapi ya nggak ngerti)."

Astari manggut-manggut dan menoleh ke arah suara pintu kamar Taehyung yang baru saja dibuka.

"Tae, anaknya Pak Rizal cewek apa cowok?"

"Boy."

"Siapa namanya?"

"Dunno. I didn't ask. Didn't even want to."

Astari mencebikkan bibir. "Anakmu kae lho, Mas. Nek ditakoni le jawab sak karepe dewe (Anakmu itu lho, Mas. Kalo ditanya jawabnya seenaknya sendiri)."

"Anakku ki ya anakmu. Nek ora mirip bapake ya mirip ibune (Anakku itu ya anakmu. Kalo nggak mirip bapaknya ya mirip ibunya)."

"Ganteng kaya bapakku ming le nyebahi kaya Jenengan, Mas! (Ganteng kayak bapakku tapi nyebelin kayak kamu, Mas!)"

Suminto mengangkat kedua alisnya dan memperhatikan istrinya yang berjalan kesal ke arah kamar yang mereka tempati.

"Ngerti-ngerti ngambek ki ngapa? (Tau tau ngambek tuh kenapa?)"

- Bersambung -

Haaaalllluuuu, Semuanya 😘😘😘😘

Masih ada yang tertarik baca cerita ini kan ya? Nggak pede kadang-kadang buat ngelanjutin 😁

Ini momen Taegi-nya masih pelit ya. Nanti deh baru diumbar roman picisan mereka hehe....

Udah ya, gitu dulu. I 💜 y'all!

XXX

Roman PicisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang