New Journey To The West

597 109 78
                                    

"Mas Gi, iki awak dewe tenanan numpak montor mabur iki? Kaya ngene to rasane. Ming kok adem banget ya, Mas? Le nyilike ACne piye iki? (Mas Gi, ini kita beneran naik pesawat ini? Kayak gini ya rasanya. Tapi kok dingin banget ya, Mas? Ngecilin ACnya gimana ini?)"

"Awak dewe ki rung mabur. Pesawate wae isih tememplek ning landasan, ACne ra disumet. Adem seka ngendi? (Kita ini belum terbang. Pesawatnya masih nempel sama landasan, ACnya nggak diidupin. Dingin dari mana?)"

"Iki lho, Mas, demoken drijiku. Anyes to rasane? (Ini lho, Mas, pegang jariku. Dingin kan rasanya?)"

"Jaketan wae kana ben ra adem (Pake jaket aja sana biar nggak dingin)."

"Ana kemul ora ya, Mas, nek ning kene? (Ada selimut nggak ya, Mas, kalo di sini?)"

"Takono pramugarine (Tanya aja sama pramugarinya)."

"Mbake!"

"Ora sah banter-banter, Ko! (Nggak usah kenceng-kenceng, Ko!)"

"Hehe, nganu permisi, Mbaknya. Ada selimut nggak?"

Pramugari yang berdiri di samping kursi Joko tersenyum.

"Ada, Pak. Tunggu sebentar, saya ambilkan ya."

"Iya, Mbak. Sebentar aja lho ya. Ini saya beku nanti kalo lama nunggunya."

Senyuman kembali ditunjukkan.

"Silakan, Pak."

"Matur nuwun (Terima kasih), Mbak."

"Ada lagi yang bisa dibantu, Pak?"

"Kopi item ada, Mbak?"

Yunggi memukul bahu Joko.

"Kowe ki jan ngisin-ngisini tenan! (Kamu ini memang bikin malu!)"

"Lha kan mau mbake takon. Ya tak jawab (Lha kan tadi mbaknya nanya. Ya aku jawab)."

"Tidak apa-apa, Pak. Nanti kami akan menyajikan makanan dan minuman saat pesawat sudah lepas landas."

"Oh nggih, matur nuwun, Mbak (Oh ya, terima kasih, Mbak).

Yunggi hanya menghela nafas menatap sepupunya itu. Ia memalingkan wajah ke arah pemandangan di luar jendela. Kesibukan para petugas landasan, rombongan penumpang yang keluar-masuk dari dan ke gedung terminal.

Ia gugup. Selain karena ini pengalaman pertamanya naik pesawat, ia akan pergi jauh ke belahan dunia lain untuk menemui seorang lelaki yang mengisi hari-harinya sejak beberapa waktu lalu. Ia takut jika perjalanannya bersama Joko tersebut akan sia-sia.

"Ko, ora kliru to aku milih mangkat nemoni Taehyung? (Ko, nggak keliru kan aku milih berangkat ketemu Taehyung?)"

"Ra sah ragu, Mas (Nggak usah ragu, Mas)," ucap Joko penuh keyakinan. "Soale lawange wis dikancing. Awak dewe wis ra kena mudun. Ndak digebuki pilote (Soalnya pintunya udah ditutup. Kita udah nggak bisa turun. Biar nggak digebukin pilotnya)."

"Cen asem og kowe ki! (Memang anjir kamu!)"

---

Yunggi dan Joko saat ini sedang duduk manis di ruang tunggu Bandara Internasional Dubai. Mereka telah menempuh hampir 24 jam perjalanan dari Jogjakarta ke Dubai via Jakarta dan masih perlu menghabiskan hampir 15 jam lagi sebelum sampai di New York.

"Mas Gi, yangmu kuwi apa ya bokonge ra kobong mung lingguh wae pirang-pirang jam ya? Pas aku numpak sepur ekonomi Lempuyangan-Senen kan ya suwi to, tapi ya ra ngene rasane. Tuobat tenan! (Mas Gi, pacarmu itu apa ya nggak kebakar bokongnya cuma duduk aja berjam-jam ya? Pas aku naik kereta ekonomi Lempuyangan-Senen kan ya lama, tapi ya nggak begini rasanya. Tobat!)"

Roman PicisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang