Ambyar

511 80 119
                                    

Joko kesulitan mengalihkan pandangannya dari pesona Jimin. Wajah imutnya, suaranya, tawanya, bahkan wangi parfumnya seolah-olah menjeratnya semakin dalam. 

"Edyan, jampine apa iki? (Gila, jampinya apa ini?)"

"You okay?" tanya Jimin di sela-sela kegiatan makannya. Saat ini mereka berada di salah satu rumah makan kesukaan Jimin yang membuat Joko pusing karena ada terlalu banyak alat makan dan kelihatannya tak ada orang yang makan dengan menggunakan tangan. 

"Oke. Oke. We go where after?"

Jimin tersenyum senang. Ia tak menyangka Joko akan repot-repot belajar Bahasa Inggris.

"What do you wanna see?"

"Don't know," ucap Joko seraya mengangkat bahunya.

Jimin tampak memutar otaknya. "Do you like dancing? You know shake shake your body." Ia memperagakan goyangan bahu. 

"I know dance but I don't know dance name."

"Oh really? What kind of dance?"

"Ehm joged joged. That like emmm Jaran kepang? That."

"Never heard that before. But, you can show me later. I'm gonna take you to my dance studio."

Joko hanya mengangguk sambil terus mengunyah makanannya walaupun ia tak mengerti sedikitpun kata-kata Jimin. 

---

"Come inside," ucap Jimin sambil memutar kenop pintu. Di hadapan mereka, Joko melihat sebuah ruangan luas dengan kaca di segala penjuru dilengkapi beberapa palang besi di dua sisi ruangan. Tak ada siapapun selain mereka berdua. Suara pintu ditutup membuatnya membalikkan badan dan berputar bingung sebab ia tak menemukan Jimin. Sekian detik kemudian, Jimin keluar dari balik pintu, yang kemungkinan merupakan ruang ganti, dengan tampilan berbeda. 

"Wow!" Joko berucap lirih. 

Dengan santainya Jimin berjalan ke salah satu palang dan melakukan pemanasan selama hampir lima menit. Selama itu pula Joko berdiri di tengah ruangan mengamatinya. Setelah pemanasan, Jimin berjalan ke arah pojok dan memilih musik yang tampaknya sesuai untuk mood-nya saat ini.

"Okay." Ia berbalik ke arah Joko. "Let's dance, shall we?"

Musik dimulai. Jimin dengan gemulainya mengikuti iringan musik dan Joko terpana dibuatnya.

 Jimin dengan gemulainya mengikuti iringan musik dan Joko terpana dibuatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin sempat melirik ke arah Joko sekilas. Ia tertawa melihat lelaki itu yang seakan-akan meneteskan air liur karena dirinya. Jimin semakin menggila meliuk-liukkan tubuhnya. Ia menari sambil melampiaskan semua perasaan di dalam hati. Rasa marah dan kecewa kepada orang tuanya, rasa bahagia mengenal Taehyung dan keluarganya, bahkan rasa kepercayaan dirinya melihat tatapan memuja Joko. Semua melebur menjadi ragam emosi di dalam tariannya. 

Saat musik selesai dan gerakannya ikut berhenti, Jimin tersengal dan merasakan keringat menetes dari sekujur tubuhnya. Namun, sebuah senyuman senang terpapar di wajahnya. Menari selalu berhasil membuatnya senang. 

Roman PicisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang