Jangan Nget-Ngetan*

598 98 129
                                    

"Gimana, Sayang?" tanya Taehyung kebingungan. Ia diusir atau ditahan pergi sebenarnya.

"Arep minggat ning endi awakmu, Mas? (Mau minggat ke mana kamu, Mas?)"

"Ke rumah sepupumu. Bukannya aku diputusin terus diusir ya?"

"Ck! Mbok ya dienteni karo dirungoke sik to ya. Lagi ambegan arep ngomong malah lunga! Rene! (Ditunggu sama didengerin dulu dong. Baru narik nafas mau ngomong malah pergi! Sini!)"

"Nggak jadi putus, Sayang?" Wajah Taehyung bercahaya penuh harap.

"Karepmu pedot ben bali ning Jona Joni kuwi ho'oh? (Maunya putus biat balik ke Jona Joni itu ya?)"

"Emoh, Yang. Karo kowe wae hehehe....(Nggak mau, Yang. Sama kamu aja hehehe....)"

Yunggi memonyongkan mulutnya. "Awas kowe nek nganti mblenjangi janji. Tak sunat nganti entek anumu! (Awas kamu kalo sampe nggak nepatin janji. Aku sunat sampe habis anumu!)"

Taehyung meneguk ludah. Pacarnya sadis ternyata. Tidak apa-apalah, yang penting tidak jadi putus dengan Yunggi.

---

Di kamar hotelnya, Jonny berputar-putar sambil mencari ide bagaimana merebut Taehyung kembali. Apapun itu, yang jelas ia harus kembali ke desa tempat Taehyung berada esok hari. Seranglah musuh saat mereka lengah, pikirnya.

Ia juga penasaran seperti apa wajah pacar baru Taehyung. Sayangnya, orang suruhannya tak mendapatkan foto musuhnya itu.

"Pasti jelek banget sampe fotonya aja nggak ada. Panuan, jerawatan, giginya acak-acakan jangan-jangan."

Membayangkannya tiba-tiba membuat Jonny tertawa terpingkal-pingkal.

"Segitu putus asanya kamu patah hati, Tae, sampe nyari ganti lebih jelek dari aku. Hahahaha!"

Ia membuka galeri ponselnya dan menatap foto Taehyung yang tertidur pulas setelah one night stand pertama mereka. "How come you're so hot, Darling? Makes me want you even more!"

---

Saat adzan subuh baru saja berkumandang, Jonny memacu kendaraan sewaannya melewati lampu merah Ring Road Dongkelan. Lalu lintas yang sepi membuatnya tak kesulitan mencapai tujuannya dalam waktu setengah jam saja. Ia menghidupkan alarm mobil setelah memarkirnya di tempat yang sama seperti malam sebelumnya.

Suasana yang sepi membuatnya percaya diri bahwa usahanya menculik dan menyakiti pacar Taehyung akan berjalan lancar. "Siap-siap aja itu jalang. Habis ini mana ada yang mau sama dia."

"Mau ke mana pagi-pagi begini, Dek?" sapa seseorang mengejutkan Jonny.

"Eh? Saya, Pak?"

"Iya. Bukan orang sini to? Saya belum pernah liat soalnya. Mau ke mana?"

"Mau ketemu temen, Pak. Taehyung namanya. Bukan anak sini sih tapi lagi di sini."

"Oalah, temannya Nak Taehyung to? Ayo sini ikut Bapak. Nak Taehyung nginap di rumah Bapak."

"Wow! Beruntung sekali aku!" batin Jonny menjerit heboh. Tak perlu susah payah, ia justru diantar langsung ke sarang saingannya.

"Oh gitu. Maaf ya, Pak, saya nggak tahu."

"Tidak apa-apa, Dek. Kok pagi-pagi sekali nyarinya. Ada masalah ya?"

"Iya, Pak. Saya teman kerjanya. Ada masalah perusahaan. Kemarin Taehyung agak susah dihubungi dan karena saya kebetulan sedang dinas di Jogja, jadi saya mampir sekalian. Nanti siang saya harus pulang."

"Oh gitu. Nama Adek siapa? Saya malah belum tanya."

"Jonny, Pak. Bapak keluarganya Taehyung?"

"Bukan. Dulu, bapak saya kerja buat mbahnya Nak Taehyung. Nak Taehyung itu pacaran sama anak saya sekarang. Saya nggak nyangka lho!"

Roman PicisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang