I Suddenly Miss You

649 100 31
                                    

Taehyung mengamati gedung-gedung pencakar langit di sepanjang jalan dari lokasi rapat menuju apartemennya yang menempati salah satu gedung pencakar langit semacam itu di kota New York. Tak ada sawah, namun ada taman. Tak ada sapi atau ayam di tepi jalan, namun ada beberapa anjing yang berjalan bersama pemiliknya. Pemandangan yang (dulu) sangat ia sukai sejak kecil.

Namun, mengapa kali ini rasanya semuanya tak menarik?

Taehyung membayar ongkos taksi lalu memasuki gedung apartemennya menuju lantai teratas. Para staf yang mengetahui siapa dirinya menyapa seperti biasa walaupun mereka tampak segan dan enggan mengajaknya berbicara lebih lama. Berbanding terbalik dengan para warga sebuah desa yang hampir tak pernah kehabisan bahan obrolan dengannya.

Pintu lift terbuka menampakkan pintu apartemen penthouse yang sudah ia huni selama dua tahun terakhir. Ia memasukkan nomor pin dan melangkah masuk saat kunci pintunya terbuka.

Ia meletakkan tasnya begitu saja di lantai dan berdiri di tengah-tengah ruangan. Sepi. Tak ada suara musik dangdut atau bau kotoran sapi yang menyambut kedatangannya. Tak ada sesosok lelaki pendek berkulit pucat yang cerewet yang lebih sering duduk sambil mengangkat kaki.

Sunyi alias nyenyet kalau orang Jawa bilang. 

Ia mengeluarkan ponselnya dan melihat waktu menunjukkan pukul 14.00 waktu New York.

"It's 5 in the morning there."

Ibu jarinya mengusap layar ponsel yang menampilkan nomor kontak Yunggi sebelum memutuskan menekan tombol telepon. Yunggi mengangkat panggilannya pada deringan ketujuh walaupun Taehyung tak berniat menghitung.

"Halo?"

"What took you so long to pick up?"

"Iki jam pira nyadar ora? (Ini jam berapa nyadar nggak?)"

"It's 2 pm here."

"Ora takon ning nggonmu ya. Iki ning kene jam 5 isuk ngerti ra? (Nggak nanya di tempatmu ya. Ini di sini jam 5 pagi tahu nggak?)"

"Don't you normally wake up like 4 am?" Taehyung berjalan ke arah sofa dengan latar belakang dinding kaca yang memaparkan jalanan kota New York.

"Jare sapa? Pas kowe ning kene apa ya tau weruh aku tangi jam 4? (Kata siapa? Pas kamu di sini apa ya pernah lihat aku bangun jam 4?)"

"Doesn't matter. You're awake now anyway. Did you sleep well?"

"Hmm. Lumayan. Wis tekan omah pa? (Dah nyampe rumah ya?)"

"Yup. Like a minute ago."

"Ooo....njuk gugah aku isuk-isuk ki ngapa? (Terus ngebangunin aku pagi-pagi kenapa?)"

"Have you listened to the song?"

"Wis. Piye? (Udah. Gimana?)"

"And you have read my message, right?"

"Wis (Udah)."

"Then, don't you need to at least give me a response?"

"Hmm..."

"Wait, switch to video so that I can see you."

"Emoh! Aku rung adus ya! (Nggak mau! Aku belum mandi ya!)"

"Please...."

"Haah...ya wis. Ming ojo kaget nek rupaku elik saiki. Nembe tangi turu (Haahh...ya udah. Tapi jangan kaget kalo mukaku jelek sekarang. Baru bangun tidur)."

Roman PicisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang