Kretek Kretek Bunyinya

527 84 126
                                    

Joko berbalik dan hampir menabrak troli yang berada di belakangnya.

"I'm sorry."

"Hey, Man, if you leave then you need to wait in line once more."

"No problem. Please."

Ia berjalan ke arah lorong yang dipenuhi berbagai macam tisu dan alat kebersihan lainnya tanpa menoleh ke belakang. Terus melangkah sampai ia berada di ujung lorong sebelum berbelok ke kanan.

Degup jantungnya terasa memekakkan telinga dan pandangannya seakan-akan tak fokus. Ia marah, cemburu, dan sakit hati. Ia mengira bahwa yang terjadi di antara dirinya dan Jimin merupakan sebuah hal istimewa. Ternyata hanya dirinya yang berpikir demikian.

Maka, mulai detik itu juga, Joko memutuskan menjauhi dan melupakan Jimin.

---

Jimin yang selalu mencoba menghubungi tak digubrisnya. Pada saat dirinya dan Yunggi pulang pun, Jimin tak ditanggapinya sama sekali. Ia justru sibuk mengobrol dengan Bu Astari atau memperhatikan sepupunya yang berbicara dengan Taehyung yang menjadi pengemudi.

Sesampainya mereka di bandara, Taehyung dan Yunggi memisahkan diri sesaat. Jimin bergerak mendekati Joko namun lelaki itu memilih berhadapan dengan Bu Astari dan melanjutkan pembicaraan. Dari sudut matanya, ia dapat melihat Jimin menghela nafas sambil menatapnya sedih. Joko yakin bahwa Jimin sadar jika Joko menjaga jarak sejauh mungkin darinya.

"Wis rapopo, Jok. Lilakno wae mumpung rung adoh (Udah gapapa, Jok. Iklasin aja mumpung belum jauh)," ucap Joko dalam hati memotivasi dirinya sendiri.

Saat ia melihat Yunggi dan Taehyung mendekat, ia pun bergegas pamit kepada Bu Astari. "Matur nuwun sanget nggih, Bu. Nyuwun ngapunten saumpami kula kalian Mas Gi ngerepoti Jenengan sekeluarga (Terima kasih banyak ya, Bu. Mohon maaf kalau saya dan Mas Gi merepotkan Ibu sekeluarga)."

"Halah kowe ki ngomong sajake karo sapa wae, Jok! Wis nyantai wae. Kowe ya wis kaya anakku dewe (Halah kamu ini ngomong kayak sama siapa aja, Jok! Udah santai aja. Kamu ya udah kayak anakku sendiri)."

"Nek Mas Gi sanes putrane Jenengan napa, Bu? (Kalau Mas Gi bukan anaknya Ibu?)"

"Dudu. Nek tak anggep anakku mengko ra isa rabi karo Taehyung hahaha! (Bukan. Kalo aku anggap anakku nanti nggak bisa nikah sama Taehyung hahaha!)"

Joko tertawa mendengarnya. Ia kemudian berpamitan kepada Taehyung sebelum menyodorkan tangan kepada Jimin yang menatapnya heran. Selang beberapa detik setelahnya, Jimin akhirnya menyambut dan menjabat tangan Joko.

"Tengkyu and goodbye," lirih Joko yang langsung melepaskan jabatan tangan mereka tanpa sekalipun menatap ke arah Jimin. Ia melangkah memasuki terminal keberangkatan namun segera berhenti saat sepupunya berlari kecil ke arah pintu masuk.  

"Taehyung! It's a yes!"

"Weladalah! Le mu ngekei jawaban og ya nembe saiki, Mas (Kamu ngasih jawaban kok baru sekarang, Mas)."

"Iri bilang, Bos!"

---

Suatu malam, bagda Maghrib, Joko yang mengunjungi rumah sepupunya dikejutkan oleh kehadiran Jimin dan Taehyung. "Kok...bisa?"

Ia membatin mempertanyakan alasan kunjungan kedua orang tersebut ke kampungnya meskipun untuk Taehyung sudah jelas semuanya karena Yunggi. Namun, apa maksud Jimin mengikuti Taehyung kemari? Bukankah ia bukanlah orang penting dalam hidup Jimin?

Masih dengan bersungut-sungut dalam hati, Joko melangkah cepat di depan Jimin ke arah rumahnya. Tanpa basa-basi menawarkan bantuan untuk membawa koper Jimin yang tampak ringan atau sekedar bertanya tentang perjalanannya. Ia langsung meninggalkan Jimin menuju kamarnya dan mengambil sarung serta bantal.

Roman PicisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang