Dia Lagi!

714 111 20
                                    

Keesokan harinya, saat Taehyung baru saja selesai membalas surel yang masuk, Sang Ayah mengajaknya ke rumah sakit. Menurut Sang Ayah, Pak Rizal sudah menghubunginya dan berjanji akan membesuk Sang Kakek hari ini.

"Do I really need to be there?"

"Yes, you do. And...." Suminto Sayuti menunjukkan telapak tangannya menyuruh Taehyung diam saat Sang Anak membuka mulut untuk protes. "And I wish you'd act mature and polite to him and his son."

"When do I ever act immature and impolite?" Taehyung menatap datar Sang Ayah.

"Every day." Suminto Sayuti berjalan meninggalkan kamar Taehyung dan berujar, "Be ready in five minutes!" sebelum menutup pintu dan meninggalkan Taehyung yang ia yakin pasti sedang memutar bola mata tanda tak percaya.

---

"Matur nuwun, Pak. Ditinggal mawon mboten napa-napa (Terima kasih, Pak. Ditinggal saja tidak apa-apa)."

"Nggih, Den. Mangke kula dibel mawon nek ajeng kundur nggih (Ya, Tuan. Nanti saya ditelepon saja kalau mau pulang ya)."

"Nggih. Ngatos-atos nggih, Pak (Ya. Hati-hati ya, Pak)."

Taehyung menutup pintu mobil dan hendak melangkah masuk namun tangan Sang Ayah menahannya. "Say thank you. You're not 5 anymore for God sake! Do I really need to teach you about manners one more time?"

Taehyung mendecakkan lidah namun tetap membalikkan badan ke arah Pak Sutopo. "Thank you."

Suminto Sayuti menggeleng-gelengkan kepala karena kelakuan Taehyung. "Pingin tak balang watu tenan ndase kuwi! (Bener-bener pingin aku lempar batu kepalanya itu!)"

---

Saat Taehyung dan ayahnya masuk, ada seorang pria yang kurang lebih sebaya dengan Suminto Sayuti sedang berbicara dengan R. A. Karniasih.

"Nah, panjang umur. Nembe wae dirasani. Rene, Le (Baru aja diomongin. Sini, Nak)."

Suminto Sayuti dan Taehyung pun mendekat.

"Nak Rizal, iki putraku sing mau tak omongke. Kuwi putuku sing wingi ting omahe Sampeyan (Nak Rizal, ini anakku yang tadi aku ceritain. Ini cucuku yang kemarin ke rumahmu)."

"Kula Rizal, Mas. Nyuwun ngapunten nembe ngertos keadaanipun Bapak (Saya Rizal, Mas. Mohon maaf batu tahu keadaannya Bapak)."

"Mboten napa-napa, Mas. Kiyambakan mawon? (Tidak apa-apa, Mas. Sendirian saja?)"

"Mboten. Kalian anak kula. Nembe nunut ting wingking (Tidak. Dengan anak saya. Lagi numpang ke belakang). Nah, itu dia."

Semuanya mengalihkan perhatian ke arah lelaki muda yang baru saja keluar dari kamar mandi. Sontak lelaki itupun bingung saat semua orang menatapnya. Ia lalu mendengat suara seseorang mendengus.

"Halah, orang kota itu lagi!" batinnya.

"Sini, Gi. Kenalan sini." Rizal memanggil anaknya yang kemudia menyunggingkan senyum dan membungkuk sedikit.

"Niki putrane Bapa kalian Bu Sayuti. Nek sik niku kowe wis ngerti to? Niku wayahe (Ini anaknya Bapak dan Ibu Sayuti. Yang itu kamu udah tahu kan? Itu cucunya)."

"Njih, Pak (Ya, Pak)." Yunggi menatap pria tinggi di hadapannya. "Kula Yunggi, Pak. Putrane Pak Rizal (Saya Yunggi, Pak. Putranya Pak Rizal)."

Suminto Sayuti tampak tertegun menatap Yunggi. Otaknya berkata, "Anak lelaki tapi kok ayu banget. Tak pek mantu wae po ya? (Aku jadikan menantu saja apa ya?)"

"Le? (Nak?)" Panggilan Sang Ibu membawa Suminto Sayuti kembali pada kenyataan.

"Maaf. Tadi saya kira anaknya Mas Rizal perempuan. Ayu tenan (Cantik sekali)."

Pipi Yunggi bersemu. Pria seumuran ayahnya ini sangatlah tampan dan dipuji olehnya pasti membuat siapa saja terlena. "Matur nuwun, Pak (Terima kasih, Pak). Tapi saya laki-laki tulen."

"Tetap saja, kamu cantik. Mau jadi menantu saya?"

Di belakang Suminto Sayuti, putranya tersedak air mineral yang baru saja ditelannya.

---

Taehyung memilih meninggalkan ruang rawat kakeknya setelah ucapan gila Sang Ayah yang anehnya ditanggapi dengan tawa ayah Si Pendek dan wajah sumringah neneknya.

"Being here too long, they all went crazy," ucapnya pelan. Ponsel di sakunya terasa bergetar. Ia tersenyum melihat nama sahabatnya di layar.

"Hey, Man! What's up?"

"Dude, you didn't tell me you went on holiday."

"Who said that? I'm not having holiday right now."

"But, my mom said you and your parents flew to Indonesia."

"Yeah. My grandpa's in the hospital. My mom just bought the tickets and I was dragged here!"

"Poor you! Hahaha!"

Taehyung kesal mendengar tawa sahabatnya. "Shut up! Why are you still awake? No party tonight, huh?"

"Not fun without you, Dude. When will you be back?"

"Dunno. Maybe in a week but who knows."

"Hey, Taehyung! What if I fly there? It's so boring here. All these girls just want my money or wish to find a way to get into my pants. So suck!"

"I don't mind at all. Good to have my buddy here. But, it's quite boring here. I dunno if you're gonna like it, Jim."

"Really? It makes me even more interested. Okay, let me just book the ticket. See you soon, Sucker!"

"Yes. See you soon, you ass!"

"Ternyata kamu bisa senyum!" Taehyung menoleh ke arah sumber suara dan melihat Si Pendek berdiri sambil bersedekap di sana.

"What do you want now?"

Yunggi hanya mengangkat bahunya. "Di dalem sana cuma orang tua ngobrolin macem-macem. Males aku." Ia mendudukkan diri beberapa jengkal di sisi Taehyung.

"Who said you can sit here? Go over there!"

"Diem! Berisik banget sih!" Yunggi mengeluarkan ponselnya lalu menjulurkannya ke arah pemuda berisik di sampingnya. "Nih!"

"What? D'you think I'd give you my number? Hell no!"

"Yo wis (Ya sudah). Nanti aku minta sama Om Ganteng aja."

"You mean my dad? I should've known your taste would be so low. An old man? Jeez!"

"Iki bocah ngedumel apa to jan-jane? (Anak ini ngedumel apa sih sebenernya?). Matanya melirik sengit ke arah pria di sampingnya yang masih belum ia ketahui namanya. "Uti sama ayahmu bilang kamu disuruh nginep tempatku."

Taehyung mengerutkan alis. Ia tidak sering mendengar kata "nginep" jadi sedikit bingung dengan maksud kalimat Si Pendek.

"Ora mudeng? (Nggak ngerti?). You stay in my house."

"What? That stinky place? No way!"

"Yes way."

Yunggi pun tersenyum licik membayangkan segala cara mengerjai pria tengik itu supaya ia tidak betah dan segera pulang ke negara asalnya.

- Bersambung -

Haaaluuu Semuanya 😘😘😘😘

Ini dia bab yang baru. Semoga suka ya. Maaf kalo rasanya agak beda. Aku sambil nerusin Cerita Kami - Buku Dua malah mood-nya jadi ketuker-tuker hehehe....

Makasih ya netaliflora yang selalu pencet bintang dan komen 😘😘😘. Juga yang lain yang sudah mampir baca. I 💜 y'all!

XXX

Roman PicisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang