Malam Terakhir di Kampung

624 99 77
                                    

Kedatangan Jimin yang serba mendadak cukup membingungkan Taehyung serta Yunggi. Sementara Pak Rizal senang-senang saja menerima tamu lain. Selama ini, ia hanya berdua dengan Yunggi sehingga kehadiran Taehyung dan Jimin membuat rumahnya lebih ramai.

"Kok malah seneng to, Pak? Arep turu ning endi je? (Kok malah seneng sih, Pak? Mau tidur di mana ini?)."

"Ngono ae kok repot, Gi. Nunut ning omahe Lek Diran kan yo iso. (Gitu aja kok repot, Gi. Numpang di rumahnya Lek Diran kan bisa)."

Benar juga. Entah mengapa Yunggi tak memikirkannya sama sekali. Lek Diran, adik kandung almarhumah ibunya yang juga merupakan ayah Joko, meninggali rumah yang berjarak lima menit dari rumahnya. Lagipula, di rumah Lek Diran ada satu kamar kosong.

"Mbok Bapak nelpon Lek Diran. Ben ra kaget nek tamune dijak mrono (Bapak telepon Lek Diran ya. Biar nggak kaget pas tamunya diajak ke sana)."

"Mung karo dulure og ndadak nelpon. Omahe gur ning kono lho, Gi. Mengko wae Bapak rono bar Maghrib (Cuma sama sodara kok pake acata nelpon. Rumahnya cuma di situ lho, Gi. Nanti Bapak aja yang ke situ sesudah Maghrib)."

Tak lama, adzan Maghrib terdengar. Rizal pun segera bersiap-siap menunaikan ibadah sholat Maghrib di musholla dekat rumah.

---

Yunggi berdiri di depan pintu kamarnya yang menjadi kamar sementara Taehyung. Ia mendengar suara tawa bernada cempreng tinggi dan tawa rendah sedikit ngebass.

"Kancane teka nembe isa ngguyu. Bel tut! (Temennya dateng baru bisa ketawa. Dasar!)"

Tok tok!

"Come in!"

Yunggi membuka pintu kamar dan tampaklah pemandangan yang entah mengapa membuatnya mangkel (sebel).

Taehyung yang menatap perubahan raut wajah Yunggi, meskipun hanya beberapa milisekon, segera melepaskan kedua tangan Jimin yang melingkari pundaknya dari belakang.

"Hi there!" seru Jimin sarat kebahagiaan. "Yunggi, right?"

Yunggi hanya mengangguk singkat dan tanpa mengarahkan pandangan kepada Taehyung sedikitpun, ia berujar, "Kancamu mengko turu ning omahe sepupuku. Mengko Bapak sing ngeterke bar sholat (Temenmu nanti tidur di rumah sepupuku. Nanti Bapak yang nganter habis sholat)."

Jimin menyikut pundak Taehyung pelan. "What did he say?"

"You'll be sleeping in his cousin's house. His dad will take you there later."

"Aahh, I see." Jimin tersenyum ke arah Yunggi. "Thanks, Yunggi!"

Yunggi langsung mlengos dan meninggalkan kamarnya tanpa basa-basi. Dianggap kurang ajar pun ia tak ambil pusing.

"Is he always that rude, Tae?"

Taehyung tak menjawab. Sesaat, ia mengamati pintu kamar yang tertutup lalu berdiri dan keluar mencari Yunggi. Ia menemukan Si Pendek sedang berada di dapur melakukan sesuatu semacam memasak.

"I didn't know he'd come."

"Hm?" Yunggi menoleh dan menatap Taehyung heran. "Apane? (Apanya?)."

"Jimin. I didn't know he'd come here to see me. That's been annoying you, right?"

Yunggi hanya mengangkat bahu. Ia tak ingin menanggapi Taehyung lebih jauh sehingga terus menyibukkan diri dengan panci sayur asem di hadapannya.

"Smells good."

Jantung Yunggi hampir saja copot saat menemukan tubuh tinggi Taehyung tepat di sisinya. "Innalillahi!" Ia menepuk kesal pundak Taehyung. "Marai jantungan ngerti ora? (Bikin jantungan tau nggak?)."

Roman PicisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang