A Time For Us

585 108 53
                                    

Yunggi terbangun sebab merasakan beban di atas perutnya. Ia merabanya dan membuka mata saat merasakan seperti tangan seseorang memeluk tubuhnya. Saat membalikkan badan, ia bertatapan dengan wajah damai Taehyung.

"Kapan iki bocah teka? (Kapan ini anak dateng?)"

Yunggi menyingkirkan lengan Taehyung dan mengamatinya yang masih terbalut kemeja dan celana panjang yang ia kenakan hari sebelumnya. Yunggi dapat membayangkan kepanikan Taehyung saat tak menemukannya di apartemen pria itu. Ia tersenyum memikirkannya.

"Eh, tapi kan aku lagi nesu (marah)."

Yunggi pun memanyunkan bibirnya dan memilih keluar dari kamar. Ia mencium wangi nasi goreng sesaat setelah berada di luar kamar. Hidungnya pun menuntun Yunggi ke arah sumber makanan yang membuat perutnya semakin keroncongan.

"Eh, mantuku wis tangi. Piye? Isa bobok ora? (Eh, menantuku udah bangun. Gimana? Bisa bobok nggak?)"

"Saged, Bu. Nyuwun ngapunten kula nembe tangi, Bu (Bisa, Bu. Mohon maaf saya baru bangun, Bu)."

"Halah, rapopo. Nyantai wae. Eh, nek isuk, biasane minum apa? Kopi pa teh? (Halah, gapapa. Nyantai aja. Eh, kalo pagi, biasanya minum apa? Kopi apa teh?)"

"Napa mawon, Bu. Mangke kula damel kiambak mawon mboten napa-napa (Apa saja, Bu. Nanti saya buat sendiri saja tidak apa-apa)."

"Ya wis. Anggep wae omahmu dewe ya. Kan kowe ya arep dadi mantuku to? (Ya udah. Anggep aja rumahmu sendiri ya. Kan kamu ya bakal jadi menantuku kan?)"

Yunggi tersenyum malu. Tidak membantah namun juga tidak menjawab.

Ceklek!

Astari dan Yunggi menoleh ke sumber suara. Ternyata Taehyung yang membuka pintu kamarnya. Wajahnya masih tampak mengantuk namun ketampanannya tak surut-surut.

"Kowe ki ket jaman cilik wis tak omongi, nek bar tangi ki raup sik. Ilermu kae lho, Le. Apa ya ra isin karo Yunggi ning kene? (Kamu ini dari jaman masih kecil udah dibilangin, kalo bangun terus cuci muka dulu. Ilermu itu lho, Nak. Apa ya nggak malu sama Yunggi di sini?)"

"Hmm...."

Taehyung berbelok ke arah kamar kecil di sudut ruangan untuk membasuh wajahnya namun saat ingat bahwa dirinya masih mengenakan pakaian kerja kemarin, ia memilih berbalik ke kamarnya dan mandi.

"Wis jiaaaaannn...plek bapake tenan bocah kuwi. Uwong pa kulkas jane? Maaf ya, Yunggi, anakku ki mesti nyebahi banget (Payah...plek bapaknya banget anak itu. Orang apa kulkas sebenernya? Maaf ya, Yunggi, anakku pasti nyebelin banget)."

"Mboten, Bu (Tidak, Bu)."

"Eh, mengko tak jak mlaku-mlaku gelem ya? Ibu ki wis ra duwe kanca mlaku-mlaku je. Bojo karo anak do sibuk kabeh. Kancaku liyane ya tunggale (Eh, nanti aku ajak jalan-jalan mau ya? Ibu ini udah nggak punya temen jalan-jalan. Suami sama anak pada sibuk. Temenku yang lain ya sama aja)."

"Nggih, Bu. Kula nggih seneng nek enten sing ngejak mlampah-mlampah (Ya, Bu. Saya ya seneng kalau ada yang mengajak jalan-jalan)."

"Cocok nek ngana. Wis ya sarapan sik. Taehyung tinggalen wae. Nek ngelih mengko ben jukuk dewe (Cocok kalo gitu. Ya udah yuk sarapan dulu. Taehyung tinggalin aja. Kalo laper nanti biar ambil sendiri)."

"Nggih, Bu. Matur nuwun (Ya, Bu. Terima kasih)."

---

Yunggi dan Astari berjalan sambil bertukar cerita. Astari, yang mengaitkan lengannya dengan Yunggi, selalu mampu menceritakan banyak hal yang berhasil membuat Yunggi tertawa hingga membuat ibu Taehyung itu semakin semangat mengutarakan banyak hal.

Roman PicisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang