Si Joko dan Si Jimin

595 97 50
                                    

Joko terhuyung dan akhirnya jatuh terjongkok sambil memegangi keningnya yang nyut-nyutan.

"Demit kok blas ora sopan karo menungsa (Setan kok nggak bener-bener nggak sopan sama manusia)," gumamnya. Ia masih belum paham apa tujuan Si Setan itu berada di kamar mandinya.

Brak! Pintu kamar mandi dibanting tertutup dari dalam.

"Jabang bayi! Ngeget-geti wae! (Ngagetin aja!)"

Joko pun berdiri dan kembali menantang "setan" yang masih bercokol di dalam kamar mandi.

"Metu kowe saiki njuk kana lunga. Nek ra gelem lunga, tak wacake ayat kursi mengko (Keluar kamu sekarang terus sana pergi. Kalo nggak mau pergi, aku bacain ayat kursi nanti)."

Kriiieeekkk!

Pintu pun dibuka perlahan dan tampaklah satu sosok lelaki muda berambut hitam dengan kulit putih mengenakan baju dan celana berwarna putih. Joko mulai deg-degan saat Si Setan itu mendekat.

"Setop setop! Ning kana wae, aja rene! (Stop stop! Di situ aja, jangan ke sini!)"

Lelaki muda di hadapan Joko tampak kebingungan dengan segala macam kalimat yang ia dengar.

"Are you a girl or a boy?" tanyanya.

"Piye? (Gimana?)"

"You have a fair skin and you look pretty. But, your muscle..." ia menunjuk kedua lengan Joko, "too big for a girl."

"Demite (Setannya) impor. Allahuakbar!"

"Look, my name's Jimin and I-" Jimin melangkah maju dan Joko segera memotong ucapannya. "Eh eh mandeg ning kana wae. Aja nyedhak (Eh eh berhenti di situ aja. Jangan mendekat)."

"We both don't understand each other. Why don't we call my friend? He's here too but not 'here' like in this house. 'Here' as in here in this village. He stays with - what's his name again? - ah Yunggi."

"Lho kowe kok isa ngerti Mas Gi? Apa kowe mau ganggu Mas Gi njuk mlayu rene? (Lho kamu kok bisa tahu Mas Gi? Apa kamu tadi ganggu Mas Gi terus lari ke sini?)"

"Listen, Girl or Boy or whatever. We're wasting time here. Plus, I'm so tired. I just wanna get some sleep. If you don't mind, I'll invite myself to the bedroom. Adios!"

Jimin berjalan melewati Joko yang memepetkan diri ke arah tembok. Joko mencium bau wangi saat lelaki muda tersebut berjalan melewatinya. "Ambune kok dudu mlati? Kok malah kaya sabun mandi sing tak nggo? (Wanginya kok bukan melati? Kok malah kayak sabun mandi yang kupake?)"

Joko membuntuti lelaki muda yang dengan santainya berjalan ke arah kamar miliknya. "Asemik! Kamarku kudu dirukyah nek ngene (Sial! Kamarku harus dirukyah kalo gini)."

Ia melihat dari luar kamar bahwa Si Setan itu berjalan ke arah pojok dan membuka koper. "Kok ana (ada) koper? Diusir rombongone pa piye iki? (Diusir rombongannya apa gimana ini?)"

Jimin yang merasa terganggu dengan dengungan suara di belakangnya pun menoleh. "Why are you following me?" Ia menggelengkan suara saat tak mendengar jawaban dari orang yang ia tanyai. "So rude just like the other guy. Hey, wait! Let me call Taehyung."

Jimin mengambil ponselnya yang tergeletak di atas kasur dan segera mencari kontak Taehyung.

"Ngubungi sapa kowe? Arep ngakon kancamu rene pa? (Ngubungin siapa kamu? Mau nyuruh temenmu ke sini ya?)"

"Sssttt...." Jimin meletakkan telunjuk di depan bibirnya untuk meminta orang di hadapannya diam. "Hey, Man! Can you come here?

"Where?"

Roman PicisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang