Eh Cieeee....

605 96 32
                                    

Yunggi dan Taehyung berjalan beriringan tanpa suara. Beberapa meter di depan sana, rumah Yunggi sudah terlihat.

"Do you drink coffee?"

"Hmm...iya tapi lebih sering ngeteh. Kamu suka kopi?"

"No. I've tried it a few times but still don't like the bitter taste. Yuck!"

Yunggi tertawa memperhatikan Taehyung yang menampakkan rasa jijik di wajahnya. "Rupamu elik tenan (mukamu jelek banget)."

"You're not wearing your glasses. That's why you said something that doesn't make sense," ucap Taehyung pelan.

"Cieee...ngambek!" Yunggi mencolek bahu Taehyung pelan.

Taehyung mendengus mendengarnya.

"Temenmu itu, Si Jimin, nyusul ke sini cuma karena pingin ketemu gitu? Kalian pacaran?"

"Hell no! Me and him? Just the thought of it makes me shiver!" Taehyung bergidik membayangkannya. Yang benar saja!

"Terus kenapa dia buang-buang duit buat ke sini kalo nggak karena dia punya perasaan sama kamu?"

"Because he can. He's so damn rich, that's why. Well, not him, but his parents but it's the same anyway. He would literally spend their money like there's no tomorrow."

"Dia nggak kerja?"

"That' his job. Spending money. I feel sorry for him sometimes. His parents spoil him since he was a baby. They thought that's the best thing to do because they're just never there for him."

"Orang tuanya sesibuk apa?"

"His dad owns this giant company while his mom is a super famous designer. They travel to all over the world for their jobs and earn enormous amount of money. But, not even once they gain their son's love. What a sad truth, right?"

Yunggi termenung. Memang semua yang tampak di bagian luar tak selalu sama seperti di bagian dalam. Wang sinawang kalau orang Jawa bilang. Ia kira Si Jimin yang suka cengengesan itu berasal dari keluarga pelawak atau mungkin hanya seorang gembel yang suka mengikuti Taehyung ke mana-mana. Namun, di balik sikap cengengesannya itu, dia perlu dikasihani.

"Hey, where's your mom by the way? I've never seen her."

Langkah Yunggi terhenti. Ia tertunduk. Ia tak suka ditanyai hal itu sejujurnya namun sampai kapanpun tampaknya akan selalu ada orang yang bertanya kepadanya tentang Sang Ibu.

"Sudah nggak ada."

"Oh, forgive me. I didn't know that."

Taehyung merasa jahat sekali. Pasti Yunggi keberatan menjawab pertanyaan yang seharusnya tak ia lontarkan itu. "I'm truly sorry. I should've not asked that stupid question."

"Gapapa. Kamu kan nggak tahu."

Mereka melanjutkan perjalanan yang hanya tinggal beberapa langkah tersebut tanpa ada pembicaraan lainnya. Taehyung masih merutuki dirinya sementara Yunggi larut dalam perasaan sedih dan bersalah.

"Ibuku meninggal waktu melahirkan aku. Aku selalu merasa gara-gara aku ibuku meninggal. Coba aku nggak ada hiks...."

"Hey hey, don't say that." Taehyung membawa Yunggi ke dalam pelukannya. "Stop saying that. It's not your fault." Ia menepuk-nepuk punggung Yunggi pelan. "You mom must have her own reason to sacrifice her life for her baby. Right now, she must be smiling and happy to see you so healthy and chubby."

"Aku nggak gembul yo!" protes Yunggi yang suaranya teredam kemeja Taehyung.

"What's gembul? You mean these?" Taehyung mencubit main-main kedua pipi tembam Yunggi.

Roman PicisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang