Bule (?) Masuk Kampung

698 104 40
                                    

"Pada ngapain di sini?"

Yunggi dan Taehyung menoleh berbarengan.

"Wuih...ayune! Sapa iki? (Wuih...cantiknya! Siapa ini?)" Yunggi berpikir di dalam kepalanya.

"Kamu sama siapa, Le?"

Taehyung menunjuk Yunggi dengan dagunya. "This shorty? The devil I met yesterday."

Yunggi yang paham arti perkataan Taehyung pun menjitak kepalanya. "Waton! (Sembarangan!)"

"Don't touch me, you barbaric guy!"

Yunggi memeletkan lidahnya. Mengejek kata-kata Taehyung.

"Hahaha! Wah, kamu ketemu lawan seimbang, Tae. Biasanya nggak ada yang berani bantah kamu. Namamu siapa, Cah Bagus?" tanya Astari.

"Yunggi, Bu," jawab Yunggi sumringah. "Putranya Pak Rizal."

"Oh ngono. Saya ibunya bocah nyebahi ini (Oh gitu. Saya ibunya anak ngeselin ini)." Astari memperhatikan Yunggi yang tergelak mendengar penjelasannya. "Kowe tak pek mantu ya. Gelem ya? Tapi anakku ya cuma satu ini. Ra ana liyane. Piye? (Kamu aku jadiin menantu ya. Mau ya? Tapi anakku ya cuma satu ini. Nggak ada yang lain. Gimana?)"

"Why does everyone try to set me up with him? I don't even wanna get married. Let alone to this creature!" desis Taehyung yang sedetik kemudian kembali mendapat jitakan manis dari Yunggi.

"Mbok pikir aku sudi po? Emoh ya! Mbok pikir aku ki ra payu po nganti gelem-geleme karo kowe? (Kamu pikir aku sudi apa? Nggak mau ya! Kamu pikir aku nggak laku apa sampe mau-maunya sama kamu?)"

Astari tertawa tertahan. Untungnya, ia masih ingat bahwa mereka berada di koridor rumah sakit dan tak ingin mengganggu orang lain. "Tae, kalo nggak sama Yunggi, kamu beneran nggak usah nikah aja. Calon mantu ibu mung siji iki (Calon menantu ibu cuma satu ini aja). Oke?"

Taehyung yang mencoba mengendalikan kekesalannya akhirnya memilih berdiri dan beranjak pergi. Dengan sengaja, ia menginjak kaki kiri Yunggi saat melewatinya.

"Haduh, Yung! (Aduh, Ibu!)"

---

Saat Taehyung memasuki ruang rawat Sang Kakek setengah jam kemudian, ia melihat Sang Kakek yang tengah duduk sambil pelan-pelan mengunyah makanan.

"Eh, putuku! Rene, Le! (Eh, cucuku! Sini, Nak!" panggil Sang Kakek, Raden Mas Soemantri Sayuti. Taehyung pun mendekat dan segera mendekap kakungnya. Sejak kecil, ia selalu disayang dan dimanjakan kakek dan neneknya sebab ia merupakan cucu satu-satunya dari putra tunggal mereka.

"Feeling better, Kung?"

"Alhamdulillaah wis mendingan. Kamu kok bisa ikut ke sini? Bolos kerja po? (Alhamdulillaah udah mendingan. Kamu kok bisa ikut ke sini? Bolos kerja ya?)"

"You must forgot that I can work from anywhere."

"Ho'oh ya. Jaman saiki ra mudeng aku gawean kaya ngono (Jaman sekarang nggai ngerti aku kerjaan kayak gitu)."

Taehyung hanya tersenyum singkat. Pekerjaannya sebagai seorang konsultan pemasaran online profesional sulit dipahami generasi tua. Ia bahkan sering dikira sebagai pengangguran sebab tak pernah terlihat berangkat ke kantor ataupun jam kerja pasti. Ia dapat bekerja dari mana saja dan kapan saja. Cukup berbekal laptop canggihnya serta sambungan internet, maka ia pun dapat menghasilkan pundi-pundi senilai ratusan ribu dollar dalam beberapa jam saja.

"Eh, nanti ikut Pak Rizal ya. Nginep ning omahe sik telung dina. Ngewangi karo bagi-bagi ilmu nggo cah-cah kampung (Nginep di rumahnya dulu tiga hari. Bantu-bantu sambil bagi-bagi ilmu sama anak-anak kampung)."

Taehyung tak menutupi rasa tidak sukanya akan gagasan itu. Namun, tak ada seorang pun yang tampak peduli pada perasaannya. Ibunya bahkan dengan santainya berkata, "Ibu udah bilang ke Mbok Nah buat masukin baju-bajumu ke koper. Nanti Pak Sutopo bawa ke sini sekalian jemput ibu sama bapak. Piye? Setuju to? (Gimana? Setuju kan?)"

"You already decided this. Why would you ask if I agree on this matter or not?"

---

Ingin rasanya Taehyung menendang semua barang 'rongsokan' di dalam kamar yang akan ia tempati selama tiga hari ke depan. Barang-barang murahan! Tempat tidur super kecil, sprei warna merah jambu kembang-kembang, dan diperparah dengan gorden warna hijau terang yang tak akan disentuhnya sama sekali.

"Kenapa mukamu? Jijik?"

"Are you sure this is a bed room?"

"Mbok pikir kandang sapi? (Kamu pikir kandang sapi?)"

Taehyung memijat pelipisnya cukup lama. Menghitung dari satu sampai seratus pun tampaknya tak cukup untuk meredakan kemarahannya kali ini. Apa sih yang ada di kepala orang-orang di keluarganya ketika mereka mengira gagasan tinggal di rumah sempit ini bagus untuknya?

"Jeez, what's this smell? Why is this place so stink? How come they even call this a house?" Taehyung bergumam namun masih cukup jelas untuk telinga Yunggi.

"Sembarangan! Itu sprei baru dicuci dua hari lalu. Gordennya baru dipasang sama bapakku tadi malem. Udah bersih sama wangi gini malah dibilang bau!" Tatapan membunuh Yunggi arahkan kepada Taehyung. "Jangan kamu kira aku bahagia nerima kamu di sini. Kalo nggak inget dulu kakungmu nyekolahin bapakku, udah tak tendang ke kandang sapi kamu!"

Ia lalu keluar dan dengan semangat 45 membanting pintu kamar sampai tertutup. Beruntung bapaknya sedang ke rumah Pak RT untuk melaporkan tamu yang menginap di rumahnya. Kalau tidak, sudah putus telinganya dijewer bapaknya.

---

Taehyung membuka kopernya dan menemukan beberapa lembar kain batik. Wonderful! Ia mengambil satu lalu membentangkannya di atas sprei serta sarung bantal merah jambu kembang-kembang itu. Ia tak mau ada hewan kecil sejenis kutu yang mengigitnya.

Ia sebenarnya ingin sekali buang air kecil namun ia tidak membawa desinfektan atau hand sanitizer sama sekali. Di tempat begini, pasti banyak kuman berhamburan. Hiiiii....

"Dammit! I really need the bathroom." Ia berpikir sebentar. "Should I just do it?" Batinnya berperang namun rasa kebelet yang semakin naik tingkat, akhirnya mematahkan egonya. Sedikit. Ia pun keluar dari kamar,  yang pegangan pintunya sudah ia lap dengan kain sampai ia yakin benar-benar bersih, dan melihat Si Pendek - siapa namanya tadi? Taehyung lupa - sedang duduk di meja makan sambil menekuk salah satu kakinya di atas kursi.

"Hey, where's the bathroom?"

Yang ditanyai memang tidak mendengar atau pura-pura tidak mendengar hingga tak ada jawaban yang Taehyung dapat. "Hey!"

Kali ini Yunggi menoleh. "Apa?"

"Bathroom."

"Tuh! Samping dapur." Yunggi lalu melanjutkan makan malamnya dan Taehyung melihat bahwa ia makan dengan tangan. Yuck!

Sebelum membayangkan yang tidak-tidak, Taehyung segera menuju kamar mandi dan termenung sebab semuanya berbeda dengan kamar mandi yang ada di apartemennya. Bahkan kamar mandi di rumah kakungnya saja tidak begini.

"How should I do it here? Gosh, I don't wanna make my pants wet! How do these people live really?" Ia menarik-narik rambutnya frustrasi. "Relax, Taehyung. Just unzip, shoot, wash your hands, and go." Ia menyemangati dirinya sendiri. Tangannya bersiap membuka retsliting celananya namun keraguan tiba-tiba merayapinya lagi. "Aaarrrghhh!"

Sementara itu, di luar kamar mandi, Yunggi yang mendengar teriakan Taehyung hanya mengerutkan alis. "Mung arep nguyuh wae repote tenanan (Cuma mau pipis aja repotnya beneran)."

- Bersambung -

Haaaalllluuuuu, Semuanya 😘😘😘😘

Aku lagi males bikin author's note. Jadi, segini aja ya 😆😆😆😆 I 💜 y'all!

XXX

Roman PicisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang