Harus Pulang Kampung

1.4K 139 108
                                    

Buzz

Buzz

Buzz

Getaran kencang berkali-kali dari ponsel di atas nakas tak berhasil membangunkan pria muda yang masih bergelung di balik selimut tebalnya. Ponsel tersebut bergeser mendekati ujung nakas kayu yang disebabkan getaran baterainya.

Trak!

Pria yang berada di balik selimut sedikit mengangkat kepala disebabkan suara benda terjatuh. Ia perlahan mendudukkan diri dan mengucek mata. Ia meraba nakas di sisi kirinya namun tak menemukan benda yang dicarinya. Ia menundukkan kepala dan melihat ponsel berlogo buah apel tergigit di pinggirnya tersebut sudah  mencium dinginnya lantai.

Jika ada orang yang melihatnya, mungkin akan menjerit histeris jika ponsel semacam itu terjatuh, mengingat mahalnya harga ponsel tersebut. Namun, berbeda dengan Sang Pemilik, Raden Mas Taehyung Anggada Sayuti, yang mengangkatnya serampangan hingga benda tersebut terjatuh beberapa kali.

"Who has the balls to disturb me?"

Taehyung menatap layarnya selama beberapa detik sebelum membulatkan mata melihat 20 panggilan tak terjawab dari nomor Utinya dan 25 lainnya dari nomor ibu dan ayahnya.

"Shit!"

Ia buru-buru menghubungi Sang Ibu yang langsung menjawab pada deringan pertama.

"Hi, Mom. What's wrong?"

"Kamu ke mana aja? Dihubungi ket mau kok ora mbok angkat, Le? (Dihubungi dari tadi kok nggak kamu angkat, Nak?)"

"Sorry, Mom. I was sleeping." Taehyung mendengarkan suara ibunya dengan setengah hati dan hanya merespon dengan beberapa 'hmm'.

"Iki bocah dijak ngomong ket mau mung ha hm ha hm! (Ini anak diajak ngomong dari tadi cuma ha hm ha hm!) Kakungmu dibawa ke UGD lho!"

"What? Is he okay?"

"Uti bilang kalo Kakung belum sadar. Dokter udah periksa tapi belum ketemu penyebabnya."

"So? We'll just wait, right?"

"Yo ora, Le. Ibu wis pesen tiket bali ning Jogja. Mengko bengi pesawate budal jam 7. Ketemu ning bandara ya, Le (Ya nggak, Nak. Ibu udah pesen tiket pulang ke Jogja. Nanti malam pesawatnya berangkat jam 7. Ketemu di bandara ya, Nak.)"

"You wanna see your handsome son before leaving, Mom?"

"Pede banget! Kowe yo melu, Cah Bagus (Kamu juga ikut ya, Anak Ganteng)."

"What???"

---

Lebih dari 20 jam kemudian, Taehyung, yang masih belum ikhlas dengan perjalanan tersebut, bersama kedua orang tuanya mendarat di Yogyakarta International Airport Kulon Progo. Beberapa pramugari serta penumpang lain tampak memperhatikan keluarga yang ketiga anggotanya dilingkupi aura pesona tiada tara.

"Terima kasih," ucap salah seorang awak kabin sebelum mereka menuruni tangga pesawat. "Maaf, Mas, mengganggu sebentar." Wanita tersebut memberanikan diri menghentikan langkah Taehyung yang menatapnya datar. "Kalau tidak keberatan, boleh berkenalan?"

"I don't know what you're saying," jawab Taehyung sebelum meninggalkan Sang Pramugari sambil mengenakan kacamata hitamnya yang ia sadari dapat menambah kadar ketampanannya.

---

Perjalanan menuju kediaman keluarga kakek neneknya memakan waktu hampir satu setengah jam. Salahkan saja kemacetan yang melanda kota kelahirannya ini! Selama itu, Taehyung hanya memejamkan mata atau memeriksa ponselnya tanpa sedikitpun tertarik menggabungkan diri dengan percakapan antara orang tuanya serta sopir pribadi Kakungnya, Pak Sutopo.

"Banyak yang berubah nggih (ya), Pak Sutopo."

"Leres, Bu. Sak menika nggih sampun maju (Benar, Bu. Sekarang ini ya sudah maju)."

"Nek aku mlaku-mlaku dewekan, keblasuk ora ya, Mas? (Kalo aku jalan-jalan sendiri kesasar nggak ya, Mas?)" ucap ibu Taehyung, Rr. Astari Kinasih, kepada Sang Suami.

"Numpak taksi yo tekan. Ra sah mlaku ben ra keblasuk (Naik taksi aja ya sampe. Nggak usah jalan biar nggak kesasar)," jawab suaminya enteng.

"Ngomong karo Jenengan ki pada wae nek ngomong karo anakmu (Ngomong sama kamu tuh sama aja kayak ngomong sana anakmu)," Wanita cantik itu memonyongkan bibirnya sambil melirik Sang Suami yang sibuk dengan komputer jinjingnya dan putra semata wayangnya yang menggenggam erat ponsel di kursi belakang. "Ealah, Gusti. Ora bapak ora anak lanang pada wae (Ya, Tuhan. Nggak bapak nggak anak sama aja)."

---

Ketiganya saat ini memasuki ruang rawat VVIP Rumah Sakit Panti Rapih yang selalu menjadi langganan Sang Kakek setelah sebelumnya meletakkan koper serta membersihkan diri di rumah keluarga besar Sayuti. Di dalam ruangan tersebut sudah menanti Raden Ayu Karniasih, ibunda R. M. Suminto Sayuti, beserta beberapa kerabat dekat.

"Assalamualaikum," ucap Ayah Taehyung.

"Waalaikumsalam," jawab semua yang berada di dalam ruangan. Suminto Sayuti segera mendekati Sang Ibu dan sungkem sebelum memeluk erat wanita yang melahirkannya itu. Ia mengelus sayang punggung Sang Ibu sambil menggugamkan kalimat penenang berkali-kali.

"Sampun dhahar, Bu? (Sudah makan, Bu?)"

"Durung (Belum)."

"Dhahar rumiyin nggih. Ajeng dhahar napa? Mangke kula tumbaske (Makan dulu ya. Mau makan apa? Nanti aku belikan)."

"Wis, ora sah. Mengko wae. Aku tak ketemu mantu karo putuku sik (Udah, nggak usah. Nanti aja. Aku mau ketemu menantu sama cucuku dulu)."

Astari mendekat ke arah ibu mertuanya yang tak dijumpainya selama hampir lima tahun.

"Sehat to, Nduk?"

"Alhamdulillaah. Pangestunipun, Bu. Kados pundi kabaripun, Bu? (Mohon doanya, Bu. Bagaimana kabarnya, Bu?)"

"Ya kaya ngene ki. Nek bapakmu sehat, Ibu ya sehat. Nek bapak gerah ngene ki ya melu ra kepenak awake (Ya kayak begini ini. Kalo bapakmu sehat, ibu ya sehat. Kalo bapak sakit kayak gini ya ikut nggak enak badannya)." Wanita tua tersebut lalu mengarahkan pandangan kepada cucu lelakinya yang berdiri di belakang Astari. "Kene, Cah Bagus. Uti kangen banget karo kowe. Saiki soyo ngganteng karo dhuwur tenan (Sini, Anak Ganteng. Uti kangen banget sama kamu. Sekarang tambah ganteng sama tinggi banget)."

Taehyung menampilkan senyum tipisnya. Sejujurnya ia sangat merindukan neneknya ini. Perempuan kedua, setelah Sang Ibu, yang dengan tulus menyayanginya. Ia berjongkok di hadapan Sang Nenek dan mencium punggung tangannya lalu tersenyum saat merasakan elusan lembut di puncak kepalanya sebelum menjerit....

"Ouch! Aw! Aw! Let it go, Uti. It hurts!"

Sang Nenek dengan santainya menjewer telinga kanan Taehyung sambil tersenyum sadis.

"Putu kurang ajar. Nek Kakungmu ra gerah ngene ki, kapan kowe arep bali rene heh? (Cucu kurang ajar. Kalo Kakungmu nggak sakit gini, kapan kamu mau pulang ke sini heh?)"

- Bersambung -


Haaaaallllluuuu, Semuanya 😘😘😘😘

Maafkan author tak tahu malu ini 😁

Ini ditulis biar ide di kepala nggak hilang terus biar beneran nggak hilang, dipublish saja wkwkwk...

Bagian Bahasa Jawanya memang sengaja nggak aku terjemahin. Biar pada belajar langsung, buat yang nggak ngerti hehehe....

Sudah ya. Itu dulu. Sampai ketemu lagi. I 💜 y'all!

XXX

Roman PicisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang