Take You Down

532 94 133
                                    

Taehyung dan Jimin berjalan ke arah rumah Yunggi di bawah langit senja. Masing-masing ingin mempercepat langkah agar segera berjumpa kekasih hati namun mereka mencoba bersabar.

"Are they gonna be happy to see us?"

"Yunggi will definitely be happy to see me. I dunno about his cousin. Maybe he'll think you're a ghost once again."

Jimin tertawa. Ia mengingat pertemuan pertamanya dengan Joko. Lucu dan menyebalkan. Ah, ia semakin tak sabar menemui lelaki itu.

Setibanya di depan pintu rumah Yunggi, Taehyung berdehem dan mengetuk pintu.

"Nggih, sekedap (Ya, sebentar)." Terdengar suara dari dalam rumah. Lalu pintu pun dibuka dan menampilkan Pak Rizal yang ternganga namun Taehyung segera membungkukkan kepalanya sedikit sebagi tanda penghormatan.

"Assalamualaikum, Pak. Ini kejutan buat Yunggi makanya saya bisik-bisik."

"Ooo...ya ya. Waalaikumsalam. Ayo masuk dulu. Yunggi pagi ke warung sebentar. Jadi kita nggak usah bisik-bisik," jawab Pak Rizal namun dengan berbisik yang membuat Taehyung tertawa sementara Jimin hanya mengulum senyum tanpa mengerti ada apa.

Taehyung dan Jimin pun masuk, tak lupa melepas alas kaki mereka dan meletakkannya di rak sepatu paling bawah.

"Nak Taehyung sama Nak Jimin mau sembunyi di mana?"

"Where do you wanna hide?"

"I don't need to hide. He's not my boyfriend anyway."

Taehyung dan Jimin beradu argumen meninggalkan Pak Rizal yang terdiam memandanginya. Ia sudah diberi tahu putranya mengenai hubungan Yunggi dan Taehyung yang sudah dapat ia cium sejak saat Taehyung menginap di rumahnya dulu.

"Assalamualaikum. Pak, ngapa kok lawange bukaan? Meh Maghrib lho, Pak (Pak, kenapa pintunya kebuka? Hampir Maghrib lho, Pak)."

"Rapopo. Rene, Le, ana tamu adoh (Gapapa. Sini, Nak, ada tamu jauh)."

Yunggi mengerutkan alis. Semakin dekat ke arah meja makan, ia dapat melihat sosok lain di dekat ayahnya.

"Lho, Jimin?"

"Hi Yunggi. Apa kabar?"

"Kok di sini?"

"Hmm...how would I say this? I need to tell you something." Jimin berkata dengan mata berkaca-kaca.

"Eh, ada apa?"

"Taehyung...."

Yunggi panik. Jantungnya berdetak tak karuan. "Kenapa Mas Taehyung?"

"Dia...dia...di situ." Jimin menunjuk ke balik punggung Yunggi.

"Heh?" Yunggi menoleh namun tak menemukan siapapun. "Maksudnya?" Ia hendak berbalik ke arah Jimin. Namun....

"Boo," bisik seseorang di telinganya.

"Innalillaahi!"

"Hey, Baby. Miss me?"

Yunggi terpana. Sedetik. Dua detik. Wajahnya memerah dan Taehyung menangkap sinyal berbahaya. Ia perlahan beringsut ke balik badan Pak Rizal mencari perlindungan.

"Ngapa rene ra kanda-kanda, hah? (Kenapa ke sini nggak bilang-bilang, hah?)" tanya Yunggi dengan nada yang lembut dan pelan.

"Wah, iki wis Siaga 1 nek ngene ki (Wah, ini udah Siaga 1 kalo begini ini)," ujar ayah Yunggi.

"Wis dikandani ping bola-bali nek duit ki ojo diambur-amburke. Dumeh duwe akeh. Rene kowe, Mas! (Udah dikasih tahu berkali-kalo kalo duit itu jangan dihambur-hamburin. Mentang-mentang punya banyak. Sini kamu, Mas!)"

Roman PicisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang