🌙 one

14.5K 1.7K 905
                                    

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalau kamu suka cerita ini?🥰








•••

Waktu baru bergulir selama sepuluh menit. Makanan yang dipesan juga belum tiba. Keringat dikening juga masih belum kering karena terburu-buru menuju sebuah restoran mewah di pusat kota, dimana kedua orang tuanya membuat janji makan malam bersama. Namun tampaknya, perempuan itu sudah tidak betah berlama-lama disana.

Setiap satu bulan sekali, kedua orang tuan Yoon Arin, memang selalu mengajaknya makan malam. Entah itu diadakan di rumah mereka sendiri, atau memesan ruangan di restoran seperti ini. Acara makan malam itu sudah seperti sebuah tradisi.

"Aku nggak napsu makan. Aku mau pulang," bisik Arin pada laki-laki yang duduk tepat disebelahnya.

Yang semula tengah berbicara dengan Yoon Sonho, Ayahnya Arin, menyudahi pembicaraannya untuk menoleh pada Arin. Bang Chan mencoba tersenyum, lalu turut memiringkan tubuhnya mendekati perempuan yang kini tampak kacau karena sehabis berlari itu.

"Kamu baru sampai, baru pesan makanan juga, masa udah mau pulang?" balasnya dengan nada bicara yang sama pelan, "nanti Mama kamu nanyain gimana?"

"Ya tinggal bilang aja kalau aku capek. Baru pulang ngantor terus buru-buru langsung kesini."

Chan tersenyum tipis, "siapa suruh nolak ajakanku buat bareng? Jadinya lari-lari ngejar bus sampai kesini, kan."

Arin memutar bola matanya malas lalu mendengus sebal. "Udah cepet bilang sana sama Mama Papa! Aku capek, mau pulang!"

"Bilang dong sendiri. Mereka kan orang tua kamu," Chan memposisikan tubuhnya kembali tegap. Namun, Arin langsung menarik lengan kemeja laki-laki itu dengan kasar untuk kemudian ditatapnya dengan tajam. Seperti mengisyaratkan sesuatu melalui sorot matanya yang dingin itu.

"Mereka nggak bakal dengerin aku. Lagi pula kamu kan suami aku, kenapa sih nggak mau belain? Nggak liat aku capek apa?"

Yang ditatap hanya tersenyum. Tangannya perlahan melepas cengkraman Arin yang membuat lengan kemejanya jadi lecak.

Benar, Chan memanglah seorang suami dari istri yang tak pernah menatapnya lembut itu. Tiga bulan yang lalu, mereka resmi mengucap sumpah serta saling menyematkan cincin sebagai bentuk simbolik bahwa mereka saling memiliki.

Jangan berharap kehidupan pernikahan mereka sama dengan pasangan lain yang terlihat bahagia. Pergi berlibur untuk honeymoon, lalu merencanakan kapan akan memiliki seorang anak, sampai rencana membangun rumah impian. Faktanya, pasangan yang satu ini sangatlah berbeda dengan kebanyakan pasangan di luar sana.  

Chan tentu menganggap bahwa mereka berdua sudah menikah dan dia memiliki tugas untuk menjaga serta menghidupi sang istri seperti kewajiban seorang suami pada umumnya.

Sayangnya, tidak dengan Arin. Perempuan itu tak pernah menganggap dirinya sudah menikah meski cincin yang disematkan Chan dijari manis Arin sudah membuktikan status yang sebenarnya. Perempuan itu merasa kalau dia bukanlah seorang istri dan masih merasa bebas atas kehidupannya.

Arin tak pernah menganggap Chan sebagai suaminya. Yang ditemuinya setiap hari di rumah itu hanya dia anggap sebagai tamu. Tapi lain hal kalau sedang dalam kondisi mendesak. Seperti saat ini, ketika dihadapkan dengan kedua orang tuanya, barulah Arin menganggap Chan sebagai suaminya—itupun juga terpaksa.

"Eum, Ma, Pa. Kayaknya Arin terlalu capek deh. Dia bilang agak nggak enak badan jadi nggak napsu makan," ucap Chan, menginterupsi Sonho dan Minyoung yang sebelumnya juga tengah berbincang.

gloomy moon • bang chanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang