🌙 two

6.9K 1.3K 505
                                    

Miss me?

Miss you too😭











Jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalau kamu suka cerita ini🥰
•••

Dentuman musik keras terdengar dari seluruh penjuru ruangan. Baik dalam kelompok, berpasangan, atau hanya seorang diri, semuanya sibuk bergerak mengikuti irama musik elektrik yang dilantunankan oleh sang DJ diujung sana. Yang hanya duduk-duduk santai sambil menikmati minuman mereka pun juga ada.

Meski suasananya berisik dan terlihat ramai—bahkan bisa dibilang sumpek, tapi pemandangan seperti inilah yang Arin inginkan. Merasa bahwa segala penat dan masalahnya lenyap bersama setiap musik yang terdengar. Sorakan riuh dari berbagai orang juga turut membuat club kian memanas terbakar api semangat.

Sambil meneguk segelas alkohol, Arin memutar kursi bar yang didudukinya untuk menghadap kerumunan. Memandangi Go Yiseul, rekan satu kantor yang tadi datang menjemput, sedang bersama salah satu pria yang baru saja dikenalnya. Keduanya asik berjoget, terlihat saling berbincang, lalu tertawa bersama, sampai tak lama kemudian saling menautkan bibir.

Entah karena merasa sudah saling nyaman satu sama lain atau sekedar meresmikan hubungan pertemanan mereka, Arin tak mengerti. Yang jelas, Arin hanya menyunggingkan senyum miring ketika melihat pemandangan itu. Merasa miris sekaligus menyayangkan dirinya karena belum juga mendapat 'mangsa' yang bisa diajak bersenang-senang malam ini.

Arin meneguk habis alkohol yang tersisa, lalu kembali memutar kursi. Meminta bartender dihadapannya untuk menghidangkan alkohol jenis lain dengan kadar yang lebih tinggi. Kalau mabuk, mungkin dia akan mendapatkan keberaniannya untuk mencari 'mangsa'.

"Gila tuh cowok, jago banget kissing! Padahal dia bilang itu first kissnya!" ucap Yiseul tiba-tiba, lalu kembali duduk pada kursi kosong disebelah Arin.

Arin mendengus, tampak tak percaya dengan bualan laki-laki kenalan Yiseul tadi. "Semua cowok disini juga bakal bilang gitu kali. Sok polos biar memikat cewek-cewek pemburu kayak kamu itu."

"Ya apapun itu alasannya, intinya minggu depan kita janjian lagi disini." Yiseul mengibas tangannya di depan wajah, tampak tak terlalu peduli. Barulah setelah itu ikut memesan minuman yang sama dengan Arin.

"Jangan terlalu percaya sama cowok-cowok disini. Pake mereka buat senang-senang hari ini aja, nggak usah dibawa serius," tuturnya.

"Bilang aja belum dapet kenalan, makanya jadi sok ceramah gitu. Iri, kan?" Sindir Yiseul yang kemudian hanya dibalas dengan senyum sinis oleh Arin. Perempuan itu lalu meneguk habis alkohol yang sebelumnya diberikan oleh sang bartender.

"Ngomong-ngomong, itu cincin apa?" Kedua mata Yiseul terpaku pada benda bulat yang terlihat mengkilap pada jari manis Arin, "terakhir kali ke club kamu nggak pernah makai perhiasan kuno gitu deh?"

Arin meletakkan gelasnya dengan hentakan, membuat Yiseul yang duduk didekatnya jadi terkejut. Kedua matanya lalu mengerjap bingung.

"Ah, ini cincin punya Mama. Dia nitip tadi pas mau pedicure manicure," jarinya yang lain sibuk melepas benda itu, "terus lupa dibalikin. Makanya masih kepake."

Yiseul mengangguk paham tanpa rasa curiga sedikit pun. "Begitu, kirain kamu yang udah kawin."

Dengan sangat canggung, Arin tertawa. Sebelum berangkat ke club, bagaimana bisa ia lupa melepas benda menyebalkan itu dari jari manisnya? Pantas saja pria-pria enggan mendekatinya sejak tadi!

"Mana mungkin." Arin menelan ludahnya kuat-kuat, seiring dengan kedua tangannya yang bergerak ke bawah meja untuk melempar benda itu kesembarang tempat.

gloomy moon • bang chanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang