🌙 twenty two

4.9K 1K 593
                                    

Aku lagi nugas waktu dengerin chan's room, terus hampir loncat waktu dia tiba-tiba bahas ini😭

Aku lagi nugas waktu dengerin chan's room, terus hampir loncat waktu dia tiba-tiba bahas ini😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••






Mohon maaf kalau ada kesalahan kata (typo) dan kekurangan lainnya. Selamat membaca☺️






•••

Jika ditanya apa saja hal yang membuat Chan bahagia, jawabannya mungkin akan setebal kamus. Ada banyak sekali yang membuatnya bahagia, entah itu dari hal-hal sederhana sampai hal besar seperti pencapaian yang berhasil dia raih. Tapi jika ditanya apa yang membuat Chan bersedih, hanya ada satu jawaban, kehilangan kedua orangtuanya.

Namun sekarang, kesedihannya bisa dikatakan bertambah. Sebuah kesedihan dan ketakutan yang setiap detik menghantui Chan.

Awalnya Chan pikir sosok yang baru saja mengetuk pintu ruangannya itu adalah Arin, karena sebelumnya dia meminta tolong untuk dibawakan jurnal berisi catatan penting tentang resto. Tapi ternyata, yang muncul adalah seorang perempuan dengan paras yang tak beda jauh dari wajah sang istri, yakni Minyoung, mertuanya.

"Mama?" Chan bergegas bangkit dari meja kerja, lalu menghampiri Minyoung.

"Maaf tiba-tiba Mama datang ya," ucap Minyoung setelah Chan menuntunnya untuk duduk di sofa.

Chan menggeleng cepat, "Nggak masalah Ma, kapan pun Mama bisa datang kemari."

Minyoung tersenyum sambil memandang menantunya yang semakin hari terlihat semakin kurus dan pucat. Hatinya sakit setiap kali melihat Chan yang berlagak kuat walau sebenarnya dia serapuh kaca.

"Mama dengar dari Papa kalau kamu mulai ambil program pengobatan," Minyoung kembali bersuara. Dia paham dengan ekspresi Chan yang bertanya-tanya maksud kedatangannya kemari, "Mama tau ini bukan keputusan yang mudah. Tapi kalau kamu udah mengikuti pengobatan tersebut, itu tandanya Arin akan mengetahui soal penyakit kamu, kan? Kamu nggak apa-apa dengan ini semua?"

Sewaktu Minyoung berkata demikian, Chan sudah mengantisipasi kalau bahasan ini memang berkaitan dengan Arin. Namun apa lagi memangnya yang bisa Chan lakukan? Cepat atau lambat, Arin tetap akan mengetahuinya.

Chan tersenyum, dia lantas mengangguk. "Aku udah memikirkan ini selama di rumah sakit. Walau sedikit terlambat, Arin memang harus tau kalau aku dalam kondisi separah ini, Ma."

"Arin mungkin akan marah sama kita, Nak. Kamu tau sendiri dia seperti apa, kan? Dia mungkin menyalahkan kita semua nantinya."

Ketika Minyoung berkata seperti itu, Chan langsung menggeleng cepat. "Dari awal ini semua keinginanku. Aku yang terlalu egois karena memilih Arin untuk menikah dengan laki-laki sekarat. Kalaupun dia marah, akan aku pastikan dia hanya marah sama aku Ma. Bukan Mama dan Papa."

gloomy moon • bang chanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang