🌙 sixteen

5.9K 1.1K 997
                                    

Jangan lupa vote dan komennya yaa guys~

Pertama-tama, tarik napas dulu...

Tahan...

Tahan...

Tahan sampe chapter ini abis...



😭😭😭

•••

Pagi ini cuacanya sangat bersahabat. Banyak gerombolan awan putih mengerubungi langit biru yang luas diatas sana. Matahari juga tampak bersinar cerah, secerah senyum Bang Chan kala memandangi sang istri yang sedang bersiap turun dari mobilnya untuk bekerja. Pertama kali dalam sejarah kebersamaan mereka, Arin akhirnya sudi menerima tumpangan dari Chan.

"Mau di jemput nggak pulangnya?" tanya Chan sesaat sebelum Arin membuka pintu.

"Nggak usah sok nanya. Kalau aku bilang nggak juga kamu bakal tetep datang, kan?" balas Arin sambil tersenyum miring. Seolah niat Chan ini sudah tergambar jelas diwajah sampai membuat Arin sadar bergitu cepat. Chan pun hanya tertawa pelan menanggapi.

"Jangan banyak gerak, nanti lukanya makin parah. Bisa infeksi nanti," Chan berpesan, lagi-lagi membuat Arin kembali mengurungkan niatnya membuka pintu, "lagian kenapa nggak istirahat seminggu aja?"

"Aku ini karyawan, kalau kelamaan bolos gajiku dipotong. Kecuali kamu pemilik perusahaannya, baru aku bisa bebas bolos," Chan langsung tertawa ketika Arin menyahuti. Istrinya ini, kalau bicara suka ceplas-ceplos.

Setelah itu, Arin pun mulai bergerak turun dari mobil Chan dengan hati-hati. Ketika memastikan perempuan itu sudah memasuki lobby perusahaan sampai akhirnya hilang diantara keramaian yang ada, barulah Chan melajukan mobilnya menuju resto.

Suasana hatinya sedang baik pagi ini. Dua puluh menit perjalanan menuju resto dari kantor Arin pun serasa sedetik saking bahagianya ia.

Dari kejauhan, tiba-tiba saja Chan dibuat heran dengan sebuah mobil asing yang sudah terparkir cantik ditempat biasanya Chan memarkirkan mobil. Tamu, kah? Kalau pun tamu, biasanya mereka menghubungi Chan terlebih dahulu untuk membuat janji.

"Pak, ada tamu," kata salah satu pelayan, begitu Chan menginjakkan kaki memasuki resto.

"Siapa? Kok nggak ngehubungi aku buat janjian dulu?" tanya Chan sambil melangkah menuju ruangannya yang berada di lantai dua.

"Itu Pak... katanya teman Bapak, jadi dia bilang nggak perlu janjian." Mendengar jawaban pelayannya ini, Chan sudah bisa menebak siapa sosok yang datang kemari untuk merecok jadwal kerjanya.

"Dimana dia sekarang?" tanya Chan sambil melirik jam pada ponselnya. Masih ada sepuluh menit sebelum resto di buka, Chan harus secepatnya menemui Dabin.

"Di dapur, Pak. Lagi sama Chef Felix." Setelah itu pun, Chan kembali menuruni anak tangga untuk segera menuju dapur.

Benar saja, sosok Dabin dan Felix tengah berbincang adalah pemandangan yang Chan lihat begitu ia membuka pintu. Keduanya sama-sama menoleh begitu sadar Chan mulai berjalan menghampiri mereka.

"Hey Chris!" Dabin hendak memeluk Chan seperti yang dilakukannya terakhir kali. Tapi dengan cepat Chan menahan bahu perempuan itu untuk tidak mendekat bahkan menyentuh tanpa izin darinya.

Felix yang melihat kejadian itu pun terkejut, tak menyangka kalau Dabin memiliki keberanian sebesar itu untuk memeluk sahabatnya yang sudah menikah ini.

gloomy moon • bang chanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang