🌙 seventeen

5.2K 1.1K 733
                                    

Bang Chan 🤝 Moon
Perfection

Yang baca cukup banyak, jangan lupa vote dan komen ya😭 gratis kok, mudah pula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang baca cukup banyak, jangan lupa vote dan komen ya😭 gratis kok, mudah pula. Hitung-hitung jadi penyemangatku🥺

[Hmm sedikit 17+]

•••

Bang Chan menghentikan ciumannya ketika merasa Arin perlahan menyentuh kerah dan mulai membuka kancing paling atas dari kemeja yang ia kenakan.

"Tangan kamu ngapain?" Chan tampak bingung, namun yang ditanya jauh lebih kebingungan.

"Ya?" setelah sadar, Arin dengan cepat menjauhkan tangannya kemudian tertawa canggung. "Ah... itu, aku pikir kamu mau langsung melakukannya."

Kelopak mata Chan sempat melebar. Tapi setelah itu ia tertawa begitu mengerti maksud Arin. Dia juga tak menyangka kalau sang istri akan berpikir jauh kesana.

"Pikiranmu liar juga ya. Belajar dari mana?" tanya Chan dengan senyum jahilnya yang khas.

Arin mengalihkan pandangan, mendadak merasa gugup. Jadi Chan tidak akan melakukannya? Hanya dirinya yang berpikir terlalu jauh?

"Aku liat di drama-drama sih... biasanya mereka... ya... gitu kalau habis berciuman," balas Arin, masih tetap tak berani menatap Chan. Pipinya kini malah terasa memanas sewaktu berkata seperti itu.

Dengan senyum yang semakin lebar, Chan mengangguk paham. "Jadi kamu mau melakukannya sama aku? Kalo udah coba-coba, aku nggak bisa berhenti loh."

Arin terdiam mendengar kalimat terakhir dari Chan. Laki-laki ini tengah memperingati atau hanya sekedar menggoda sebenarnya, sih?

"See? Kamu sendiri belum siap," Chan mencubit pelan hidung Arin dengan gemas, "tenang aja. Aku nggak bakal melakukannya tanpa izin kamu."

Perlahan Chan bangkit dari posisinya, yang kemudian disusul dengan Arin. Keduanya ini malah terlihat seperti remaja yang sama-sama merasa canggung dengan perbuatan mereka barusan.

"Aku balik ke kamar. Selamat istirahat." Chan mengusap lembut puncak kepala Arin sebelum meninggalkan kamar perempuan itu.

Mulai dari Chan melangkah keluar sampai kini hilang dibalik pintu kamarnya, Arin masih terdiam. Tapi setelah itu ia mendesah sambil mengacak rambutnya frustrasi. Kalau begini, bagaimana dia harus menghadapi Chan besok? Bagaimana kalau laki-laki itu malah menggodanya?

Aroma tubuh Chan, bibir yang lembab, sampai deru napasnya yang menabrak kulit wajah Arin masih sangat membekas diingatan. Arin menggeleng, menepis bayangan yang tiba-tiba melintas dalam pikirannya itu dengan menenggelamkan diri dibalik selimut. Dia ingin segera tidur, berharap pikirannya sudah kembali jernih keesokan hari.

gloomy moon • bang chanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang