🌙 nineteen

5.7K 1.1K 628
                                    

Hai •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai •.•

Jangan lupa vote dan komen kalau kamu suka cerita ini❤️

Selamat membaca😘







•••

"Arin, kamu bisa mengendarai mobil?" tanya Chan tiba-tiba dalam perjalanan pulang dari penginapan.

Perempuan yang tengah sibuk mengunyah burger—yang mereka beli di restarea, itu pun mengangguk. Sewaktu kuliah Arin memang sudah difasilitasi kendaraan roda empat oleh orang tuanya. Namun semenjak bekerja di perusahaan, Arin lebih nyaman menggunakan transportasi umum demi menghindari kemacetan. Dia juga lebih sering bepergian bersama Yiseul menggunakan mobil sahabatnya itu. Sekarang, mobil tersebut lebih sering di pakai Minyoung untuk kegiatan sang ibu.

"Bisa. Kenapa?" Arin melahap suapan burger terakhir setelah menjawab.

Masih dengan kegiatannya menyetir, Chan mengangguk pelan. "Kalau aku kasih mobil ini ke kamu, mau nggak?"

Arin menggeleng cepat, membuat Chan langsung meliriknya heran dengan sebelah alis terangkat.

"Nggak mau. Soalnya masih nyicil. Jangan ngasih barang ke aku kalau cicilannya belum lunas," Chan tak dapat menahan gelak tawanya begitu mendengar jawaban Arin.

"Ya aku lunasi dulu pastinya, baru aku kasih ke kamu."

"Beneran mau di kasih ke aku emangnya? Terus kamu pakai apa kerjanya?"

Chan menoleh sekilas, lalu tersenyum sebelum akhirnya menjawab, "Beli baru lah,"

Kalau Chan sedang tidak berkendara, mungkin Arin sudah memukulnya kuat-kuat. Dia pikir ada alasan khusus dibalik perkataan Chan yang menawarkan mobil cicilan kesayangannya ini. Laki-laki itu bahkan memperlakukannya bak manusia, dielus-elus, dimanja, bahkan tak jarang diajak bicara.

"Dih, nyebelin banget," Arin berdecak. Tangannya lalu membuka kantong lain yang berisikan kentang goreng.

Kegiatan itu pun tak luput dari pandangan Chan. Sudut matanya dapat melihat Arin yang sejak tadi sibuk mengunyah makanannya seorang diri tanpa menawarkan Chan, yang jelas-jelas duduk di sebelah dan menyetirkan mobil ini untuknya.

"Bagi dong, makan sendirian aja," sindir Chan. Dengan mulutnya yang masih sibuk mengunyah, barulah saat itu Arin menoleh.

"Nggak boleh. Lagi nyetir jangan sambil makan, nanti nggak fokus," larang Arin sambil menarik kotak kentang itu mendekat ke pelukan, seolah-olah tak rela kentangnya dibagi kepada Chan.

Chan mendesis, "Justru karena kamu makan di samping aku, ngunyah mulu nggak berhenti-henti dan nggak bagi-bagi, makanya aku jadi nggak konsen."

"Pokoknya nggak boleh," Arin masih bersikeras melindungi kentangnya.

gloomy moon • bang chanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang