🌙 three

5.8K 1.1K 387
                                    

Mohon maaf atas keterlambatan updatenya ya😭 semoga tidak mengurangi niat kalian membaca cerita ini. Maklum, dunia nyata itu lebih riweuh😭

Sebagai gantinya aku update lebih cepet nih (disini jam 16.30 ya) kan biasanya aku update jam 7-8 malem tuh😆

🌙

Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan vote dan komen jika kamu suka cerita ini❤️











00

"Cincin kamu kemana?" Tanya Chan yang langsung membuat Arin membeku. Tangannya terhenti diudara, belum sempat menyuap nasi.

Setelah terdiam sejenak, akhirnya Arin meletakkan kembali sendok yang dia gunakan, lalu mengangkat kepala untuk menatap Chan dengan kedua matanya yang tajam.

"Aku buang," jawabnya tenang tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Chan terkejut sekaligus heran. Dia hampir tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.

"Kamu... buang?" Arin mengangguk, kemudian melanjutkan menyantap makanannya.

Chan tidak mengerti apa yang ada dipikiran Arin sampai memutuskan membuang cincin pernikahan mereka. Cincin yang digunakan sebagai tanda resmi saling mengikat janji untuk hidup bersama. Jika tidak suka memakainya, Arin bisa menyimpan benda itu ketimbang membuangnya secara cuma-cuma. Ayolah, itu cincin pernikahan, bukan cincin mainan!

"Kenapa dibuang?" Tanya Chan penasaran.

"Modelnya kuno," Jawab Arin santai. Meski bukan itu alasan yang sebenarnya.

Pada akhirnya, dengan susah payah Chan memakasakan diri untuk tersenyum. Tentu ada rasa kecewa dalam dirinya. Tapi apa boleh buat? Semuanya sudah terlanjur terjadi. Kemana perginya cincin itu, juga tidak ada yang tau satupun.

"Nanti siang kita cari cincin lagi. Kali ini kamu yang pilih. Biar nggak dibuang," dengan tenang, Chan mulai menyantap makanan miliknya yang sejak tadi belum ia sentuh.

"Kenapa harus pakai cincin segala sih? Mau pamer kalau kamu udah nikah?" Protes Arin.

"Iya. Biar semua orang tau kalau aku dan kamu udah menikah," balas Chan dengan menekan kata 'kamu' pada kalimatnya. Bermaksud untuk mengingatkan kembali kalau yang dinikahkan Chan adalah Arin, perempuan itu sendiri.

"Lebay banget," Arin berdecak sebal, "nggak usah pakai cincin! Nggak penting. Lagipula pakai atau nggak pakai cincin, nama kita udah terdaftar menikah!"

Chan menghentikan aktivitasnya demi menatap Arin. "Bagi kamu nggak penting. Tapi bagi aku penting. Apalagi cincin yang kamu buang itu. Penting banget buatku."

Belum ada sejarahnya Arin akan mendengarkan dan mencerna apa yang Chan katakan. Hal penting apapun, kalau yang bicara adalah Chan, Arin menutup rapat-rapat kedua telinganya.

Seperti sekarang, mungkin bagi Chan cincin itu sangat berarti. Namun baginya tidak dan dia sama sekali tak tertarik pada hal yang Chan anggap penting. Mau itu cincin pernikahan mereka sekali pun.

Chan lagi-lagi hanya bisa menghela napas ketika melihat Arin bangkit. Perempuan itu terlanjur kesal dan tidak lagi memiliki nafsu makan. Setelah mendengar suara pintu dibanting, Chan pun lanjut menyantap sarapannya seorang diri dan tak lupa turut menghabiskan makanan yang Arin tinggalkan.



gloomy moon • bang chanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang