🌙 six

4.7K 1K 362
                                    

Ada yang kangen Arin??? Hihihi

Kalau banyak yang vote dan komen, aku double up ya. Kalau nggak, nggak jadi ><

Selamat membaca~




00

Tidak seperti pagi-pagi sebelumnya yang terasa damai, hari ini Chan merasakan sensasi aneh pada kepalanya sejak pertama kali ia membuka mata. Keadaan Chan diperburuk ketika indera penglihatannya tiba-tiba memburam sehingga membuatnya tak bisa langsung memulai aktivitas seperti biasa.

Chan duduk bersandar pada tumpukan bantal sambil mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia tak punya cara lain selain menunggu, ketika kedua matanya tiba-tiba tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Namun disaat dirinya perlahan dapat kembali melihat, kepalanya masih terasa sakit. Seperti ada sebuah tali besar yang mengikat kuat tepat dikepalanya.

Awal yang kurang baik untuk Chan hari ini.

Setelah merasa kondisinya membaik, Chan segera bangkit. Sinar matahari mulai menembus masuk melalui jendela kamar, menandakan dia harus segera bersiap sebelum terlambat berangkat bekerja.

"Aneh... belakangan ini kok jadi gampang capek. Apa karena terlalu sering lembur?" gumam Chan pelan sambil mengarahkan dirinya menuju dapur untuk membuat sarapan terlebih dahulu.

Hari ini adalah hari kepulangan Arin. Tapi sejak semalam, perempuan itu tidak membalas ataupun mengangkat panggilannya untuk sekedar memberi tau jadwal pasti kapan dia akan sampai. Tapi Chan tak mau ambil pusing. Siapa tau Arin memang benar-benar sibuk dengan persiapan presentasinya dan terlalu fokus sampai tak sempat mengecek ponsel.

Sesampainya di dapur, Chan langsung mengeluarkan satu lembar roti untuk kemudian dimasukan ke mesin pemanggang. Sambil menunggu rotinya jadi, Chan pun menuang air panas yang ada di termos ke dalam sebuah cangkir. Roti panggang dengan selai srikaya serta teh hangat sebagai pelengkap adalah menu sarapannya pagi ini.

Ini hari kedua setelah Arin meninggalkan rumah. Chan sebenarnya tidak masalah dengan suasana hening dan tenang seperti ini, karena sebelum menikah pun, dia sudah hidup seorang diri selama bertahun-tahun. Seolah kesepian telah menjadi teman baiknya selama ini. Tapi setelah menikah dan membiasakan diri hidup bersama Arin, rasanya suasana rumah jadi lebih sepi. Padahal perempuan itu pergi menginap hanya untuk dua hari saja.

Chan tidak suka berdebat dengan Arin yang keras kepala. Tapi tidak berdebat untuk dua hari dengan perempuan itu juga tidak membuat suasana jauh lebih menyenangkan karena rasanya malah membosankan.

Memikirkan sebagian besar momen pernikahannya dengan Arin hanyalah tentang pertengkaran dan perdebatan, rupanya berhasil membuat Chan tersenyum seperti orang bodoh ditengah aktivitasnya mengunyah roti. Ternyata begini rasanya kalau seorang Jerry tidak bertengkar dengan Tom untuk satu hari.

Setelah menghabiskan roti dan tehnya serta mencuci peralatan makan yang digunakannya, Chan bergegas mandi untuk bersiap berangkat ke kantor. Waktu sudah mulai menunjuk pukul delapan. Dia tak mengira kalau menikmati sarapan sambil membayangkan Arin ternyata menghabiskan waktu lebih dari satu jam.

Sebelum meninggalkan rumah, Chan memastikan seluruh elektronik dalam keadaan mati dan barang-barang tertata rapi.

Namun ketika tangannya hendak meraih kenop pintu mobil yang terparkir digarasi, tiba-tiba ia mendengar suara mobil datang dan berhenti tepat di depan pagar rumahnya.

Chan berbalik, menatap mobil itu dengan bingung. Siapa yang datang bertamu sepagi ini?

Pengendara itu menurunkan kaca mobilnya, lalu melambaikan tangan kearah Chan. Begitu menyadari seorang pria yang keluar dari mobil sedan hitam itu adalah seseorang yang dikenalnya, Chan buru-buru menghampiri serta menyapanya dengan sopan.

gloomy moon • bang chanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang