Glendy sejak tadi tak henti mencuri pandang ke arah gadis berkucir kuda dari bangkunya. Tak ada satu pun kalimat dari dosennya masuk ke telinganya. Dia bahkan tanpa sadar mengumpat saat melihat luka di kening Alluna -membuat seluruh kelas menatap ke arahnya. Sukses menarik perhatian, sang dosen berusaha memberi kesempatan untuk Glendy beralasan.
Glendy sempat melirik sahabatnya yang duduk di sampingnya sekilas, sebelum akhirnya membalas, "Roy, menginjak kaki saya." Mendengar namanya disebut oleh sahabatnya untuk dibuat alasan, membuat sang pemilik nama tak terima.
Untung saja jam kelas memang sudah berakhir, karena setelahnya sang dosen bersikap seolah tak peduli dan meninggalkan kelas.
"Kau gila ya?!" kesal Roy, dan hanya mendapat gelengan Glendy. Laki-laki itu tak merasa bersalah. Dia mengemas segera barangnya dan berjalan mengikuti sang gadis yang sudah menganggu kosentrasinya sejak tadi.
Tak berani mendekat, Glendy hanya berjalan membuntut di belakang. Samar-samar dia mendengar obrolan Geisha dan Alluna. Dia sempat tersenyum kecut, saat mendengar Alluna berbohong pasal lukanya. Meski tak tahu pasti, tetapi Glendy tahu dari mana luka itu berasal -- tentunya bukan karena jatuh dari tangga.
Saat Irene mulai bergabung bersama mereka. Glendy memilih berjalan mendahului tiga gadis tersebut, tak ingin dituduh menjadi pengutit.
●●●
"Kau sejak tadi tak terlihat gelisah, ada apa?" tanya Geisha, sementara Irene masih diam berusaha tak peduli, meski sejak tadi dia juga memperhatikan sahabatnya itu.
"Aku mencari jamku," balas Alluna, lalu menyeruput minumnya berusaha terlihat tenang.
"Sejak kapan hilang?" Alluna menggeleng, pasalnya dia juga tak tahu sejak kapan jam yang sering dia kenakan hilang. Dia menyadari saat kemarin dia mencarinya.
Irene berucap terimakasih saat makanan pesanan mereka di antar. Pandangan Alluna fokus terkuci pada benda yang membalut pergelangan tangan kanan Irene -itu miliknya, Alluna mulai mencurigai.
"Kapan kau beli jam tangan baru?" tanya Alluna dengan matanya tak lepas dari pergelangan tangan Irene, membuat Irene menatap sekilas ke arah jam baru miliknya.
"Kau tak menuduh aku yang mencurinya, bukan?"
"Tergantung apa balasanmu."
"Ini milikku." Hanya kalimat itu yang terucap, membuat Alluna menaruh curiga penuh. Segera, gadis itu bangkit dari kursinya berniat meraih tangan Irene, terapi aksinya kalah cepat dari Irene yang lebih dahulu berhasil menjauhkan tangannya.
"Biar kulihat, jika itu memang bukan milikku."
"Untuk apa kuharus memperlihatkan padamu." Suara Irene yang masih terlihat tenang membuat Alluna justru terjerat frustasi dan berusaha meraih kembali tangan sahabatnya itu.
Suara Geisha berhasil menghentikan aksi Alluna. Tatapan kesal Geisha terlihat menyeramkan. "Bisakah kita menikmati makanan tanpa harus kalian bertengkar di hadapanku?!" Irene dan Alluna diam, akhirnya Alluna memilih duduk di kursinya lagi. "Kau bisa lihat jam milik Irene setelah kita selesaikan makan," ujar Geisha, dan sukses mendapat tatapan tak terima dari Irene.
"Bagaimana bisa?"
"Diam! Dia hanya ingin melihat jam itu, berikan jika tak ingin ada yang salah paham, begitu juga denganku." Membuat Alluna tersenyum senang di tempatnya.
Akhirnya mereka memutuskan makan dengan tenang, tanpa ribut hanya karena sebuah jam tangan.
●●●
Glendy tersenyum saat paketnya datang yang di dalamnya berisikan jam tangan putih. Kemudian dia segera menyimpan barangnya itu ke dalam laci meja belajarnya di mana dia menyimpan barang rahasia miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
V.I.P ✔
Mystery / Thriller⚠️WARNING 18+⚠️ [COMPLETED] Ini tentang seorang anak yang melampiaskan dendam ayahnya yang tak menerima keadilan hukum. Hingga akhirnya memutuskan menciptakan aplikasi yang justru akan membuatnya memiliki masalah hukum. Dan VIP adalah nama yang dig...