26. ILY

82 19 7
                                    

Alluna terkejut saat ibunya, Sandra tengah duduk di meja makan. Wanita itu tengah duduk mengesap latte yang dia buat. Alluna lebih memilih pura-pura tak peduli, dan mulai menghangatkan susu di lemari pendingin dan menyiapkan roti panggang seperti biasa.

Hal yang mengeherankan, karena memang biasanya Sandra akan berangkat lebih dulu dengannya. Wanita itu selalu disiplin tentang jadwal kerjanya, dia seorang model terkenal, setiap waktunya adalah uang.

"Kau tak melihat, sarapan yang kusiapkan." Suara Sandra membuat Alluna menoleh melirik meja, dan benar saja segelas susu dan roti panggang sudah ada di atas meja, lagi-lagi Alluna dibuat heran, meski dia berakhir hanya diam menahan rasa penasaran.

Alluna membatalkan niatnya, berjalan mendekat ke arah ke meja makan dan memilih duduk di kursi depan ibunya. Sandra masih diam saat Alluna mulai menyantap sarapannya. Alluna melirik ibunya sekilas. Wanita, berstatus ibunya itu sejak tadi hanya menyesap latte dengan tenang, berbeda dengannya yang mulai gusar.

"Kosongkan jadwalmu. Sabtu malam kau akan pergi bersamaku." Alluna menoleh ke arah Sandra. "Aku ingin mengajakmu pada pesta lelang, kau akan menyukainya."

Tahu apa wanita itu tentang yang dia suka, selama ini dia tumbuh tak bersama ibunya. Sesuatu yang mengejutkan mengelitik tawanya.

"Maaf, tetapi aku punya rencana dengan sahabatku," tolak Alluna, dia tak mempedulikan ajakan Sandra untuknya ---meski ini pertama kali, wanita itu mengajaknya setelah mereka tinggal bersama kembali. Ada rasa canggung tentunya, mereka bagaikan orang asing ---hidup bersama setelah sekian tahun berpisah.

Bahkan ibunya tak pernah tahu, gelapnya masa lalunya. Dan tak ada untuk menemaninya, saat dia terjatuh rapuh saat itu.

"Ini bukan tawaran, aku harap kau mengerti." Sandra meninggalkan minumannya yang belum tanggal, meraih tas tangannya yang berada di samping kursinya dan berangkat bekerja. Alluna termangu di mejanya. Sandra tak pernah berubah.

●●●

Geisha dan Irene saling melontarkan tatap, saat sejak tadi Alluna hanya diam, ketika kedua sahabatnya asik mengobrol.

"Al, kau baik?" tanya Irene, membuat Alluna mendongak terkejut. "Maaf, apa?" Irene menggeleng. Berbeda dengan Irene, Geisha tak bisa menutupi rasa penasarannya.

"Kau kenapa? Sejak tadi kau melamun," tanya Geisha, lalu membenarkan kalimatnya. "Kau bahkan tampak buruk sejak kemarin."

"Ibuku mengajakku mengimuti pesta."

"Lalu? Apa salahnya?" sahut Geisha cepat. Irene menyenggol lengan Geisha agar gadis itu lebih sedikit tenang. Alluna menggeleng. "Hari ini dia tak seperti biasanya. Dia tampak berbeda, tetapi dia masih sama."

"Kau bicara apa sih! Berbeda? sama?" kesal Geisha yang tak mengerti.

"Kau tahu bukan, kebiasaan Ibuku. Dia kali ini tampak aneh," lirih Alluna, Irene mengaguk mengerti. Dia meraih tangan Alluna. "Lalu apa yang mengganggumu?" Kali ini Irene yang bersuara.

"Aku takut, lingkungan Ibuku pasti tak seperti yang kita kira. Aku--" Alluna menggantungkan kalimatnya.

"Aku bingung, kau senang atau tidak jika ibumu mengajakmu?" Geisha kembali melontarkan rasa kesalnya.

"Aku suka, tapi--"

"Kau mempersulit dirimu sendiri Alluna. Jelas-jelas kau ingin datang."

Alluna menghela napasnya. Apa yang diucapkan Geisha ada benarnya, mungkin dia harus menimbang kembali keputusannya untuk ikut. Lagi pula, sudah jelas tadi Sandra memaksanya untuk datang.

●●●

Hampir satu minggu lamanya. Bagai oasis di tengah gersangnya gurun, hatinya terasa sangat lega saat ini.

V.I.P  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang