20. Papa Tua

79 20 10
                                    

Glendy sejak tadi tampak sibuk di balik layarnya, bahkan sejak pagi laki-laki itu belum beranjak dari tempatnya.

"Apa yang kau rencanakan?" Suara Dean membuatnya menoleh sekilas, sebelum kembali menjentikan kembali jarinya di atas keyboard.

"Aku harus menghapus semua data pribadi klienku. Akan sedikit memakan waktu, tetapi ini mudah." Dean menatap dengan ekspresi penuh tanya ke arahnya. "Di luar sana, banyak gadis seperti Alluna yang tengah khawatir dan menyelamatkan data mereka agar tak dibuka orang lain adalah tanggung jawabku." Diamnya, Glendy membuatnya berhenti. Dia memutar kursinya, hingga kini mengahadap laki-laki yang berstatus kakaknya itu. "Kau tak berpikir aku mucikari bukan?"

"Kau pikir apa yang bisa aku pikirkan setelah membuka ponselmu itu." Bukannya menjawab, Dean melontarkan pertanyaan kepadanya dengan mengungkap fakta.

Glendy berdiri dari duduknya, menjabak rambutnya menahan kesal. "Aku bukan mucikari. Aku hanya memberikan layanan jasa pengamanan. Banyak gadis  di luar sana yang ingin membalaskan dendamnya. Aku hanya memberi mereka solusi dan pengamanan untuk mereka."

Dean bersedikap melihat adiknya yang tengah kesal kepadanya. "Apa yang bisa membuatku percaya?"

"Aku sunguh-sunguh!" Nada yakin Glendy membuat Dean mengangguk seolah percaya.

"Lalu dari mana penghasilan kalian?"

"Karena klien kami bertujuan balas dendam, tak jarang beberapa dari mereka memeras sejumlah nominal dari rekening target dan kami mendapat setengah dari uang itu."

"Kau?" Glendy mengangguk. "Ya, aku lebih kaya darimu, tapi tenang saja. Aku bisa memberimu beberapa jika kau membutuhkannya." Dean menggeleng.

"Tidak, aku hanya ingin kau segera menyelesaikannya."

●●●

Glendy bersorak gembira. Matahari telah tinggi, jam menunjukan lewat pukul 2,  akhirnya Glendy bisa lepas dari semuanya.

Dean yang semula tengah membaca buku miliknya, pun melirik ke arah adiknya. "Bagaimana?"

"Berhasil, aku bisa menghapus data pribadi mereka." Glendy sukses meretas aplikasi buatannya dan menghapus semua data kliennya, dengan ini bukti di tangan polisi seolah tak dapat di sentuh atau dapat digunakan akan tak berguna, mereka harus bekerja lebih keras.

Dean senang, paling tidak hidupnya dan Glendy akan lebih tenang mulai saat ini. Sesuatu yang mengganjal membuatnya penasaran, membuatnya ingin bertanya.

"Tanyakan saja?" ujar Glendy seolah dapat membaca pikiran.

"Papa Tua, siapa pria itu?"

"Oh dia. Aku bertemu dengannya saat masih SMA, dia membantuku saat siswa lain memukulku." Sayangnya penjelasan Glendy tak merendam rasa penasarannya.

"Apa profesi Papa Tua sebenarnya?"

"Dulunya dia atlet, tetapi dia kini adalah anggota kami," balas Glendy.

Benar saja, dia baru saja teringat tentang Papa Tua. Bagaimana dengan dia setelah ini, dia sama saja telah melemparkan Papa Tua sebagai pengangguran.

"Jangan!" cegah Dean, mengerti yang Glendy rencanakan. Sayangnya, adiknya itu lebih cepat, setelah meraih kuncinya dia berlari meninggalkan kamarnya.

●●●

Glendy tahu benar bagaimana kehidupan pria yang sering dia sebut Papa Tua sebelum ini, dia adalah mantan atlet taekwondo yang akhirnya menjadi juru angkat barang di pasar. Penghasilannya yang tak seberapa, membuat keluarganya hidup dalam kata kurang dari kecukupan. Dia memiliki tiga putra dan dua diantaranya masih sekolah di tingkat dasar.

V.I.P  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang